Sebelumnya, terimakasih untuk (calon) teman asramaku, Faricha, karena
telah membawa buku ini sampai ke tanganku. Merasa beruntung dapat menyentuh buku
ini, dan lebih bersyukur ketika selesai membacanya.
Untuk mas Kurniawan Gunadi, kuhaturkan rasa salut yang luarbiasa karena
telah menuliskan kumpulan cerita dan prosa yang menyentuh hati.
Beberapa postingaku ke depan akan mengulas cerita-cerita dan prosa dalam
buku ini “Hujan Matahari”, tiap orang adalah hujan dan matahari bagi orang
lain. Kau tinggal memilih, ingin menjadi hujan atau matahari itu?
Baiklah, kita kembali ke judulnya. Kamu baik, masa lalumu tidak.
“Perempuan lebih suka
dengan laki-laki yang datang dan membicarakan masa depan, bukan masa lalu.”
Setiap orang memiliki masa lalu
baik itu masa lalu yang baik atau buruk. Setiap hal di masa lalu tidak pernah
ada yang bisa diubah, masa depanlah yang bisa diubah. Percayalah, di dunia ini
hampir semua orang memakai topeng. Termasuk kamu, untungnya aku tidak mudah
percaya dengan topengmu.
Jika kamu memang mencintai dia,
ceritakanlah masa lalumu dengan lengkap. Di dunia ini banyak sekali orang baik
dan orang yang bisa menerimamu, pecayalah. Aku tidak ingin kamu membohongi dia.
Bila di tengah perjalanan dia tahu siapa kamu sebenarnya, hal buruk bisa terjadi.
Lebih baik tahu sejak awal, kan?
Manusia seperti kita ini pandai
sekali bersikap manis, bersikap baik. Menyembunyikan diri di balik jas berdasi
dan baju koko. Menyembunyikan dosa di balik kopiah dan gelang tasbih. Manusia selalu
dilanda ketakutan, takut bila orang lain mengenalnya. Takut bila orang lain
mengetahui aibnya. Hidup seperti itu sungguh memuakkan, bukan? Kamu sudah
menjalaninya.
“Setidaknya aku tahu,
sejahat apapun aku, Allah masih berkenan memanggilku untuk menyembah-Nya.
Artinya, Dia masih memanggilku untuk Dia ampuni.”