Tampilkan postingan dengan label About Qur'an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label About Qur'an. Tampilkan semua postingan

17/05/19

Oleh Ustadz Nouman Ali: Gerbang Surga dan Neraka


Tentang Qur’an Surah Sad ayat 50, “Jannati adnimmufattahatallahumul  abwab..” dan Az-Zumar ayat 71, “Wasiiqolladzi nakafaruu..”

“Raungan yang terdengar dari neraka itu sangat keras. Orang dapat mendengarnya mekipun berada diluar. Jika seseorang didorong untuk masuk, maka semakin dekat dia dengan pintu neraka, maka raungannya akan semakin keras bukan? Sehingga semakin enggan ia bergerak maju, tapi di sana ada malaikat, maka mereka akan didorong-dorong dengan cepat, akan terus didorong sampai mereka tiba di negara Jahannam. Allah berkata bahwa orang-orang ini akan dibagi dalam beberapa kelompok, ‘zumara’ ialah dalam kelompok besar tapi dikelompokkan, ini orang yang suka berbuat keji, ini orang yang memakan riba, ini orang yang mendapat kekayaan dari  tambahan bunga, ini orang yang suka makan makanan haram, ini orang yang kehalalan bisnis dan karirnya dipertanyakan, ini orang yang kecanduan alkohol, ini yang kecanduan narkoba dan jenis candu lainnya, ini orang yang curang dan gemar berbohong, ini orang yang merusak reputasi orang lainnya dengan perkataan yang menyakitkan, ini orang yang tidak menghormati orangtuanya, ini orang yang memiliki masalah temperamen dan berbangga terhadap diri sendiri sehingga susah dinasehati. Mereka dikelompokkan berdasarkan dosa-dosanya. Setiap kelompok itupun didorong masuk ke neraka, sampai ketika mereka tiba di pintu neraka, barulah pintu neraka tersebut dibuka.”

Bukankah semua kelompok itu banyak terdengar dan terjadi dalam sehari-hari kita ini?  

Inti dari tadabur ayat ini adalah melihat dari asal kata seperti yang dijelaskan Ustadz Nouman, bahwa pintu neraka itu belum dibuka, baru akan dibuka ketika peghuni neraka telah sampai di sana, sedangkan pintu Surga telah dibuka dari sekarang seolah-olah Allah sudah tidak sabar menyambut kedatangan hamba-Nya yang beriman di Surga. Tetapi, neraka jahannam bukanlah tempat yang diinginkan Allah agar dimasuki manusia. Dia tidak ingin manusia masuk ke neraka.

Adapun makna Az-Zumar ayat 73 yang disampaikan oleh Ustadz Nouman, “Dan orang-orang yang takut kepada Allah, berhati-hati, mengganti gaya hidupnya, menjaga diri dari murka Allah, orang-orang inipun juga akan dipaksa masuk dengan cepat, ‘siiqa’ artinya dipaksa dengan cepat, mengapa mereka dipaksa masuk dengan cepat ke dalam Surga? Karena Allah tidak ingin mereka melihat keadaan menakutkan di hari pengadilan terlalu lama.”

“Saat sampai di Surga, kita mendapat apa? Kita langsung diberi salam oleh malaikat, langsung diberi pujian, bukan pujian terhadap penampilan atau wajah kita, tapi pujian terhadap diri kita, ‘How good people you are’, begitu kata para malaikat.” Lalu malaikat berkata, “Tinggallah kamu untuk selamanya.”

“Di akhir ayat ada kata ‘Alhamdulillah’, bahkan di Surga nanti kita akan mengucap alhamdulillah kepada Allah karena telah memenuhi janjinya.”

Alhamdulillah, ingatlah selalu setiap Alhamdulillah yang kita ucapkan karena perkataan ini pun akan sampai ke Surga, InsyaaAllah.


Yogyakarta, 10 Ramadan
#RamadanKareem

30/11/18

Sebuah Opini Terhadap Penghafal Al-Qur'an


“Mbakmu penghafal Al-Quran, ya? Kok jilbabnya kecil?” tanya seorang bocah SMP pada temannya yang memiliki kakak perempuan seorang hafidhoh yang kebetulan adalah teman saya.

“Benar-benar ya anak SMP tuh suka ngejudge. Omaygat. Style kan nggak menjamin semuanya. Anak-anak SMP yang sangat menggemaskan.” Ujar teman saya menanggapi celotehan dari teman-teman adiknya itu.

Kisah tersebut merupakan curhatan hati seorang teman yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an meskipun ia telah selesai menyetorkan 30 juz. Mengapa saya menyebutnya masih sedang dalam proses? Karena sampai kapanpun kita tidak akan pernah berhenti untuk menghafalkan Al-Qur’an, untuk membacanya, mengkajinya, mengajarkannya, juga mengamalkannya. Apakah kiranya jika telah selesai menghafal 30 juz itu artinya sudah selesai perjuangannya? Justru di saat telah selesai itulah perjuangan yang lebih berat menanti para penghafal Al-Qur’an, perjuangan untuk tetap menjaga hafalan dalam hati dan ingatan mereka di tengah akhir zaman yang serba-serbi penuh finah, maksiat, dan hal-hal dosa dianggap biasa.

Begini, menanggapi penilaian bocah SMP tersebut, lalu bolehkah saya bertanya, apakah mereka-mereka yang jilbabnya besar adalah pejuang Al-Qur’an? Apakah mereka penghafal Al-Qur’an? Apakah benar mereka merutinitaskan Al-Qur’an dalam sehari-hari mereka? Apakah mereka memasang target bersama Al-Qur’an dalam hari-hari mereka? Mungkin memang benar mereka telah berhasil mengamalkan perintah dalam Al-Qur’an soal memakai jilbab lebar yang menutupi dada, tetapi soal hati dan pikiran, tidak ada satupun manusia yang mengetahuinya.

Jika pikiran semua orang sebagaimana pemikiran bocah SMP dalam cerita di atas, lantas bagaimana jika orang yang berjilbab kecil mendengar hal itu lalu mereka jadi berkecil hati untuk menghafal dan mendekatkan diri pada Al-Qur’an tatkala ada ocehan di antara kita yang seperti itu?


Di lain hal juga saya berterima kasih untuk segala pendapat yang datang. Hal ini mungkin bisa menjadi salah satu koreksi diri bagi para penghafal Al-Qur’an sendiri.