Saat masih kanak-kanak dulu, saya
melihat betapa rempongnya jadi orang dewasa, ngurus apa-apanya harus sendiri.
Kocaknya, waktu itu saya berpikir, "nanti kalau aku sudah dewasa gimana,
ya? Apa aku bisa mengurus apa-apanya sendiri? Ah, nanti aja deh dipikirinnya, masih
lama juga. Sekarang mau main dulu aja."
Dan tiba-tiba saya sudah berada di
tahun 2021. Berada di tahun ini berarti saya sudah melewati banyak fase yang
sewaktu kecil dulu saya takut jika saya tidak bisa menjalaninya dengan baik.
Kita sering merasa sudah melakukan
yang terbaik sampai pada akhirnya ketika kita berada di fase berikutnya, kita
baru menyadari bahwa ada begitu banyak kekeliruan yang pernah kita jalani dan
kini kita mungkin berusaha untuk memperbaiki. Terlewatinya berbagai fase,
membuat saya memberanikan diri mengumpulkan kembali catatan demi catatan
kehidupan yang pernah ada.
Mari sini, saya perkenalkan padamu,
"Ephemeral; Dunia dan Hal-Hal Sementara."
Banyak orang yang hidup di dunia
seolah untuk hidup selamanya. Banyak orang yang lupa bahwa suatu saat mereka
akan pulang. Ephemeral menjadi
lembaran pengingat tentang dunia dan hal-hal yang sementara di dalamnya. Ephemeral merangkum beberapa bagian
perjalanan dalam hidup yang sejatinya tidak kekal. Namun, jika bisa dijalani
dengan mengharap rida-Nya, perjalanan ini bisa menjadi jalan menuju keabadian,
pulang ke tempat yang paling dirindukan; Surga.
“Membaca
tulisan Nina seakan membaca tulisan-tulisanku di
blog,
penuh refleksi dan pertanyaan-pertanyaan seputar hidup.
Terima
kasih sudah mengingatkan banyak hal.”
– Aji Nur
Afifatul Hasna, penulis Menentukan Arah
Sebuah pernyataan tentang Ephemeral dari Mbak Apik @ajinurafifah
seorang kawan beda usia tetapi seperti teman sepermainan. Mbak Apik bukan hanya
menjelma jadi seorang kawan, tetapi juga sebagai seorang kakak perempuan yang
senang memberi arahan, berbagi pandangan hidup, dan teguran-teguran halus agar
orang-orang di sekitarnya menuju jalan yang baik.
Menurutnya, Ephemeral merupakan tulisan-tulisan yang penuh refleksi. Ephemeral seolah mengajak pembacanya
untuk mempertanyakan kembali tentang kehidupan yang tengah dijalani. Perjalanan
ini hendak kita bawa kemana nanti?
“Sebuah tulisan manis yang bukan hanya membahas tentang
ihwal cinta, persahabatan, dan kenangan, tetapi dipadukan
dengan pesan-pesan mengenai hakikat kita hidup di dunia yang
ephemeral; sebuah dunia tanpa keabadian. Dengan menulis
catatan-catatan singkat ini (yang bisa digolongkan jadi prosa
nonfiksi, tulisan diary,
bahkan beberapa di antaranya adalah
puisi), Nina sebetulnya memulai sebuah upaya mengabadikan
dirinya meski pada akhirnya, tak ada yang betul-betul kekal.
Namun, toh, bukankah verba
volant, scripta manent? Yang terucap
akan terbang, yang tertulis menetap abadi?”
– Batara Al Isra,
penulis Di Seberang Gelombang; akademisi
Sebuah pernyataan tentang Ephemeral dari Kak @bataraisra seorang
kawan sekaligus sebagai senior dan mentor untuk berdiskusi soal sastra dan
dunia kepenulisan. Bukan hanya itu, beliau juga seseorang yang pandai menulis
beragam jenis tulisan, berpuisi di atas panggung, juga pembelajar sejati yang
kini sedang menyelesaikan studinya di negeri orang.
Menurutnya, melalui Ephemeral, penulis memulai sebuah upaya
untuk mengabadikan diri, meski pada akhirnya, tak ada yang betul-betul kekal.
Namun, toh, bukankah verba volant,
scripta manent? Yang terucap akan terbang, yang tertulis menetap abadi?
Jika hati dan pikiranmu sudah
bersepakat ingin membacanya? Admin Mochi akan menunggu kabar darimu. Bersedia
memilikinya? Hubungi admin Mochi dengan mengirim format order: Nama - Alamat -
No Hp - Jumlah pesanan.
CP: 0812-9651-2992 (Mochi)
Segera hubungi, ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar