Tampilkan postingan dengan label Writing Project. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Writing Project. Tampilkan semua postingan

30/04/20

#AprilProduktifDay30 : Ini, Untuk Kau Baca


April berganti Mei.

Kita kembali ke kesibukan masing-masing.

Berkutat dengan pekerjaan masing-masing.

Tenggelam dalam pikiran masing-masing.


Nanti setiap malamnya, aku tak ada lagi untuk melemparkan tema,

Nanti esok malamnya, kau tak ada lagi untuk menyetorkan tulisan,

Nanti hari-hari berikutnya, kau membuat tulisan dengan tema berdasarkan pikiranmu sendiri,

Nanti bulan-bulan berikutnya, tau-tau kau tak menyangka tulisanmu sudah banyak sekali,

Nanti tahun-tahun berikutnya, barangkali kau baca tulisanku ini kembali,

Seraya tersenyum, “kapan ya kita menulis sama-sama lagi?”

Mungkin usai semua mimpi-mimpi ini berhasil kita kejar lagi, usai mereda badai covid yang menghentikan sementara seluruh mimpi-mimpi kita ini.

29/04/20

#AprilProduktifDay29 : Kecewa

“Mau kubawa kemana dong perasaan kagum ini? Hahaha.” Tanya saya pada seorang kawan, usai kecewa sebab merasa dibohongi setelah membaca tulisan seseorang yang mengagumkan, yang saya pikir itu adalah tulisannya.

Seolah masih tak ingin percaya, jemari saya mengetik kembali paragraf demi paragraf dan bait-bait sajaknya di mesin pencarian lalu terbitlah di sana sang pemilik tulisan sebenarnya. Belum, saya masih belum mau percaya. Saya tak ingin dilanda kecewa, saya ingin terus menikmati dan mempercayai setiap tulisannya. Sembari menatap mesin pencarian, sembari berdoa, “semoga tak kutemukan yang sama lagi, jangan lagi.”

“Selamat, ya!” ucap saya untuk buku barunya yang telah terbit pada minggu lalu. Mungkin itu akan menjadi ucapan selamat yang terakhir untuk karyanya usai saya merasa dikecewakan sampai sebegininya.

Mari pelajari dua hal dari kekecewaan yang terjadi pada hari ini :
Satu, menyadari bahwa yang layak untuk dikagumi adalah Allah, bukan makhluk-Nya. Kalau kagum pada manusia, pasti ada aja celah buruknya yang bisa membuat kita kecewa.
Dua, mencantumkan sumber atau referensi tulisan sangatlah penting. Barangkali mungkin memang penulisnya tidak tahu tetapi bagaimana jika tulisannya terus tersebar, mengalir, namun bukan nama penulisnya yang dibawanya? Kalau suatu hari ia tahu, apa kau siap bertanggungjawab menjelaskannya? Kau siap melihat penulis yang katanya kau sukai tulisannya itu bersedih hati?

Ia pasti akan lebih senang jika tahu kau menuliskan kembali tulisannya dengan mencantumkan namanya, lalu tulisan kebaikan itu menyebar ke ruang-ruang di dunia, membawa banyak manfaat dan kesejukan hati, tanpa ada yang bersedih. Sebaik itu caranya, sebaik itu pula tersampaikannya.

28/04/20

#AprilProduktifDay28 : Perempuan Bernama Shofura


Dikisahkan ada dua wanita tengah menambatkan ternak mereka. Tak jauh dari keduanya, ada sebuah sumber air yang dikerumuni para penggembala. Dengan penuh rasa sabar, dua wanita itu menunggu sumber air tersebut sepi dari penggembala pria. Kedua perempuan merupakan kakak beradik, sang adik bernama Shofura dan sang kakak bernama Layya. Kisah keduanya diabadikan dalam Al-Qur’an karena ke’iffahan mereka sebagai wanita, ‘iffah adalah penjagaan diri. Kedua wanita tersebut memiliki sifat ‘Iffah sehingga enggan berikhtilath atau bercampur baur dengan para pria.


Allah bahkan berfirman mengisahkan keduanya, “Tatkala Musa sampai di sebuah sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekelompok orang yang sedang memberi minum ternak mereka. Dan dia mendapati di belakang mereka dua wanita yang sedang berusaha menghambat ternak mereka (supaya tidak maju ke mata air).” (QS. Al Qashash: 23).


Nabi Musa yang melihat hal itu heran dan mendatangi keduanya seraya bertanya, “Kenapa kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?” Shofura dan Layya menjawab, “Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orangtua yang sudah lanjut usia’.”


Akhirnya, Nabi Musa pun memutuskan untuk menolong kedua wanita itu dengan mengambil ternak mereka dan membawanya ke sumber air untuk bisa minum sepuasnya. Setelah itu, Nabi Musa mengembalikkan ternak tersebut agar kembali digiring dua wanita itu. Nabi Musa kemudian pergi tanpa berbicara. Layya, tak merasa momen itu spesial, namun apa yang dirasakan Shofura berbeda. Shofura sangat tersentuh dengan bantuan Nabi Musa. Begitu tiba di rumah, Shofura langsung menceritakan sosok pria yang membantunya itu kepada sang ayah dengan harapan ayahnya akan membalas kebaikan pria tersebut.

27/04/20

#AprilProduktifDay27 : Ekspresi yang Salah


Pernah suatu malam saya dan teman-teman seasrama mabit di gedung belakang masjid kampus UNY. Gedung tersebut masih rangkaian dari lingkungan masjid. Lalu pada pagi harinya, kami pun menunaikan ibadah shalat subuh di masjidnya. Waktu itu, jamaah shalat subuhnya tidak terlalu banyak, tak sebanding dengan masjidnya yang cukup besar. Suasana subuh berlangsung dengan hening dan hanya terdengar suara sang imam yang memenuhi seluruh ruang dalam masjid. Dan kamu tahu suaranya seperti apa? Sebuah suara yang mampu membuat merinding bahkan sampai ingin menangis karena saking bagusnya lantunan ayat suci yang disuarakannya. Sepertinya, imam tersebut memang merupakan imam yang dikontrak oleh pihak masjid untuk memimpin shalat subuh, magrib, dan isya.

Sepulangnya dari mabit, saya ngobrol dengan seorang teman kamar. Niatnya ingin mengekspresikan perasaan kagum terhadap imam tersebut, ya sekedar ngobrol aja.

“Mbak, tadi di masjid kampus UNY, suara imamnya bagus banget, ya.”
“Iya, itu teman Mbak, Dek. Namanya Ali. Kamu mau dikenalin, kah?”
“Hah?”

Obrolan seketika berhenti.

*Nama sang imam disamarkan

Bandung, 27 April 2020
Ada-ada saja plot twist dalam hidup ini

#AprilProduktifDay26 : Tragedi Palu dan Pertolongan Allah


Masih ingatkah tragedi gempa Palu pada tahun 2018? Musibah yang aneh, melululantakkan segenap daratan di daerah Palu. Aneh, sebab hanya beberapa titik bagian yang tenggelam di telan bumi, hanya beberapa titik lokasi yang jalannya mendadak bagai ombak yang bergelombang, bayangkan saja jika jalan di depan rumahmu bergerak bagai ombak.

Dikisahkan bahwa kala itu sebuah keluarga sedang di rumah pada menjelang malam hari itu. Ketika gempa terjadi, sang ibu langsung menggandeng tangan anaknya, seraya berteriak, “Ayo, Ayah, cepat kita keluar!” sang ayah yang baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian seadanya menyuruh sang istri dan anaknya untuk berlari terlebih dahulu keluar rumah menyelamatkan diri, “Ibu duluan aja! Ibu lari sekarang!” mendengar perintah suaminya, sang istri langsung berlari keluar menggandeng sang anak.

Sampai di depan rumah ia terkejut melihat lumpur keluar dari dalam tanah tersembur ke langit begitu tinggi, sementara keadaan mulai gelap gulita karena mendadak mati lampu, sang ibu dan anaknya terus berlari, dikejar jalanan yng bergelombang itu, sementara lumpur terus berusaha menenggelamkan rumah-rumah di sana. Sang ibu dan anaknya terbawa oleh jalanan yang bergerak sendiri itu. Sebentar, saya menarik nafas dulu. Gemetaran menulis ini.

Lalu, sang ibu berkata, “Apakah ini kiamat?” deg.

Sang ibu dan anaknya terbawa hingga setelah jalanan berhenti bergerak, mereka menepi di jalan raya besar. Orang-orang di sana memandang heran, ada apa? Ya, kejadian aneh dan tragis itu hanya terjadi di beberapa titik, sementara di titik lainnya tidak mengetahui apa yang terjadi di daerah yang ditelan bumi tersebut, betapa kejadian di luar akal manusia baru saja terjadi di sana.

Sang ibu gemetaran, ia tak tahu bagaimana kabar suaminya, usai ia dan anaknya terbawa hingga ke jalan raya besar. Selama terbawa di jalanan yang bergerak tadi, sang ibu melihat anaknya tak berhenti komat-kamit mulutnya. “Kamu tadi baca apa, dek?” tanya sang ibu. Rupanya sang anak yang masih duduk di kelas 3 SD itu selama kejadian berlangsung ia tak berhenti membaca surat Al-Kahfi, surat yang jika menghafal sepuluh ayat pertamanya mampu menyelamatkan kita dari huru-hara hari Kiamat.

Sang suami yang masih tertinggal di rumah kemudian berlari seorang diri keluar, sayangnya jalanan di sekeliling rumahnya sudah amblas ditelan bumi, ia kebingungan harus lari kemana lagi, dilihatnya pohon besar yang berada di halaman rumahnya. Ia duduk bersujud di akar pohon tersebut sembari terus berdoa dan memasrahkan dirinya kepada Allah, ia ikhlas jika memang sudah waktunya ia dipanggil-Nya, ia juga meminta pada Allah untuk melindungi istri dan anaknya yang entah ada dimana. Entah bagaimana bisa dijelaskan secara logika, tiba-tiba pohon besar tersebut tercabut dari akarnya dan membawa serta merta sang suami tersebut yang sedang berada di akarnya. Pohon tersebut melayang hingga menjauh dari lokasi amblasnya tanah tersebut sehingga suami tersebut terselamatkan.

25/04/20

#AprilProduktifDay25 : Menghargai Kematian


Waktu kecil, saya tinggal di perumahan padat penduduk. Saya lupa waktu masih TK atau sudah masuk SD, tetapi ada suatu memori tentang kematian yang tak pernah saya lupa. Waktu itu, di perumahan saya, empat remaja putri yang masih duduk di bangku SMP meninggal dunia dalam waktu yang cukup berdekatan, adalah namanya Kak Nindy, Kak Yuri, Kak Yeni, dan Kak Cindy. Saya cukup mengenal Kak Nindy dan Kak Yuri karena keduanya sering ke rumah saya kala malam Minggu, mereka sering ngobrol-ngobrol dengan Ibu saya.

Suatu hari kabar menyedihkan itu datang. Kak Nindy, seorang kakak perempuan cantik yang ditemukan meninggal dunia oleh sang ibu di kamarnya di lantai dua. Padahal malamnya Kak Nindy masih terdengar telpon-telponan dengan temannya di dalam kamar. Iya, keluarga almarhumah termasuk keluarga yang berada sehingga tak heran pada zaman itu ketika handphone tak bisa dimiliki semua kalangan, bocah seusianya sudah memiliki alat tersebut yang saya perkirakan itu hanyalah handphone yang hanya bisa untuk SMS dan menelpon. Kabar duka kembali datang, kali ini Kak Yuri yang meninggalkan kita semua. Kak Yuri, seorang kakak perempuan yang ceria, selalu mengenakan kerudung kemana-mana padahal waktu zaman itu kerudung belum booming dan belum banyak yang paham tentang kewajiban menutup aurat, tapi saya menduga barangkali Kak Yuri mungkin anak rohis di sekolahnya. Kita semua tentu kehilangan karena Kak Yuri adalah anak yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan, orangnya bergaul ke sana-sini, sering keluar rumah, bukan tipe anak perempuan yang mendekam di rumah terus. Mungkin di perumahan kami banyak orang yang tak asing dengannya. Untuk kedua kabar duka itu, masih tak percaya karena yang kami tahu mereka orang yang sehat-sehat saja. Tapi, hari itu Kak Yuri meninggal dunia karena sakit, katanya.

Selain keduanya, dalam waktu yang juga berdekatan Kak Yeni juga dipanggil lebih dulu oleh Allah SWT. karena penyakit pernafasan yang dideritanya. Setelah itu, ada berita duka lagi, Kak Cindy juga berpulang ke Rahmatullah karena kecelakaan yang menimpanya. Waktu itu saya masih kecil, tak begitu paham, tapi wajah orang-orang yang saya lihat di rumah duka membuat saya mengerti bahwa mungkin kakak-kakak perempuan itu akan pergi, lama sekali, mungkin kami tak bisa bertemu lagi, dan hal itu yang membuat orang-orang terlihat begitu sedih sekali. Semoga Allah merahmati mereka semua. Aamiin.

24/04/20

#AprilProduktifDay24 : It is Ramadan!

( Pict from : Tumblr )

From Abu Huraira, Allah's Messenger (ï·º) said, "When Ramadan begins, the gates of Paradise are opened." (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079)



Bandung, 24 April 2020
Happy fasting!