Gunung Prau, 2.565 mdpl
Hampir Batal
Saya sering
bertanya-tanya mengapa kalau orang-orang sakit flu, mereka biasa saja tetapi
mengapa kalau saya yang sakit flu mesti sering langsung parah? Apa karena sistem
kekebalan tubuh saya lebih sensitif dibandingkan mereka?
Saya gampang sekali
tertular flu, hanya karena saya menjenguk orang flu tersebut, atau main ke
rumah teman saya yang kebetulan suaminya sedang flu padahal saya sama sekali tidak ngobrol dengan
suaminya, atau waktu berkunjung ke rumah bude saya yang sedang flu, bahkan saat
seseorarang yang tengah flu melintasi
saya.
Saya flu berat
seminggu sebelum mendaki. Saya pikir saya perlu membatali rencana mendaki saya.
Berat hati sekali mengingat pemandu pendakian meminta kekonsistenan dalam
pemberangkatan kali ini. Saya tahu bahwa beliau sudah berkorban banyak untuk
persiapan pendakian. Dari mulai menyiapkan transportasi sampai mengurusi
sleeping bag, matras bahkan kompor yang akan kami gunakan di puncak nanti.
Dua hari saya
bolos kuliah dan beberapa hari lainnya hanya mengikuti setengah hari kuliah. I
hate this feeling, when I shock because for two days I just sleeping on my bed,
HEEEEEE. Bangun hanya untuk shalat dan makan, dan tentunya untuk ke belakang.
Saya kesulitan
minum obat saat sakit. Mungkin tidak banyak orang tahu bahwa saya tidak bisa
minum obat, jika saya sakit dan harus minum obat, ada teknik tertentu yang
dilakukan agar tubuh saya tidak menolak obat itu. So Guys, bersyukurlah kalian
jika meski harus sakit tetapi masih mampu untuk membeli obat, meminumnya, setidaknya
ada harapan untuk kesembuhan. Di luar sana, banyak sekali orang seperti saya
yang tidak pandai minum obat. So happy when my daddy send text to me, “Hebat
kamu! Yang penting sudah minum obat.” Ditambah emote jempol. HUAAAAAH, senang
sekali. saya masih anak perempuan kecil yang masih bahagia saat dapat pujian
kecil dari orangtuanya. Pendakian ini juga merupakan salah satu pembuktian yang
ingin saya tunjukkan kepada beliau, bahwa anak perempuannya yang dulu lebih
sering mengurung diri di kamar kini berubah dan penasaran akan dunia yang
terbentang luas nan indah.
Selanjutnya saya
akan kasih tahu apa saja yang saya konsumsi sehingga kurang dari seminggu flu
saya cepat mereda. Flu saya yang kali
ini komplikasi sampai ke mulut. Saya jadi sulit untuk makan karena mulai
tenggorokan dan sampai ke mulut, sakit semua.
Saya minum madu untuk menetralkan pahit di lidah
saya. Untuk mengobati flu, saya minum Intunal-F,
ini saran dari dokter pribadi saya, HUEHEHEHE APANSIH NIN. Jadi saya percaya
dan langsung mengonsumsi obat ini, soalnya si dokter juga minum ini kalau flu. Saya
juga minum adem sari untuk mengobati
panas dalam. SP Throches Stram juga
saya minum untuk pelega tenggorokan. Terakhir, saya minum dua botol susu beruang dan mengonsumsi vitacimin yang dihisap itu.
Alhamdulillah, beberapa jam sebelum keberangkatan saya merasa sehat dan segera
packing, yeay! Saya juga minum jahe
anget tapi yang langsung seduh, HEHE. Kebetulan adanya itu ya sudah itu
yang diminum. HEHE. Yang paling penting dari semuanya adalah harus punya semangat dan kemauan untuk sembuh, Kawan!
Packing
Saya punya
seorang teman, dia baik sekali pada saya. dia seseorang yang memilki cita-cita
untuk bisa mendaki semua gunung yang ada di Indonesia. Maka dari itu, saya
pinjam segala peralatan mendaki pada dia. Kecuali sleeping bag dan matras.
Sebenarnya pengen pinjam sleeping bag nya dia, baru banget sampai paketannya di
rabu sebelumnya. Bahannya mirip seperti dari bulu domba gitu, lembut banget.
Tapi, saya sudah dipesankan di tempat lain. Bukan saya yang urus.
Dia juga
mengajarkan saya bagaimana cara packing dan bagaimana supaya ranselnya itu bisa
berdiri tegak. Ada tekniknya ternyata. Saya tuh perasaan tidak bawa banyak
barang tapi entah kenapa tetap saja ranselnya terlihat penuh.
Ketika Perjalanan Turun
Pertama, bagian
dalam dilapisi kantong kresek besar yang khusus kresek sampah itu. Baru
kemudian matras dibentuk berdiri sebagai tiang penyangga di dalam tas. Matras
dilonggarkan hingga sekiranya sleeping bag dan barang lainnya muat disimpan di
dalam tas. Peralatan yang sekiranya bakal urgent untuk dipakai, disimpan di
bagian paling atas, termasuk jas hujan. Sleeping bag adalah yang terletak
paling bawah.
“Nih, power bank
dan senter, sudah aku cass buat kamu. Kamu pasti belum nyiapin!”
OMG, HOW
KINDNESS YOU ARE!
Tiba-tiba saya
berasa seperti bocah yang tengah disiapkan bekalnya oleh orangtua untuk pergi
wisata. Beberapa p3k juga dia selipkan di dalam ransel. “Ingat ya, Nin. Pulang dengan selamat adalah
tujuannya. Puncak Cuma bonusnya.” Nasihat dia pada saya. “Ojeh, boss!”
Pendakian
Sekitar pukul
sembilan malam pendakian baru dimulai. Dengan banyaknya istirahat di jalan,
akhirnya kami tiba di puncak tengah malam. Pukul satu dini hari kami mulai
mendirikan tenda dan beristirahat.
Asli, saya
kedinginan. Tidak mood untuk melakukan apapun, kecuali tidur. Saya menempati
tenda paling ujung arah matahari terbit. Usai Subuh kala itu, saya hendak tidur
lagi karena dingin. Tetapi, angin yang kencang membuat jendela tenda saya
terbang-terbang. Saya bangun dan hendak menutup rapat. Tetapi, masyaAllah langitnya.
Samar-samar dari kejauhan matahari hendak terbit. Saya batal tidur dan langsung
lompat ke luar melawan rasa dingin.
Selamat Pagi dari Sunrise