24/09/19

Menjadi Orang Dewasa


Menjadi orang dewasa itu tidak mudah. Bagaimana hidupnya harus selalu berproses dan orang-orang di sekitarnya menanti kemajuan akan dirinya.

Orang dewasa senantiasa berpacu pada waktu, pada suatu deadline tertentu, pontang-panting menyelesaikan satu demi satu urusan yang katanya untuk masa depan. Orang dewasa hidupnya senantiasa dikomentari banyak orang di sekitarnya, itulah mengapa orang dewasa harus kuat fisik dan juga mental. Komentarnya tidak main-main sampai ke bagian yang detail. Dikte dari orang-orang di sekitarnya memualkan tentu saja.

Menjadi orang dewasa itu penuh kejutan pengetahuan, yang mau tidak mau harus mereka ketahui. Mereka terkejut dengan kebodohan yang tak disangka-sangka telah bersarang dalam diri mereka. Mereka terkejut-kejut dengan waktu yang datang dan berlalu begitu cepat. Mereka berjalan pelan namun kelelahan, sebab tak paham dengan apa yang mereka kejar. Namun, sebagian mereka yang lain berlari kencang dengan pemahaman yang telah tertanam dalam diri mereka.

Orang dewasa harus mampu menanggung semuanya sendirian. Sudah dewasa, bukan? Tetapi orang dewasa juga selalu butuh teman untuknya berbagi cerita yang kebanyakan adalah keluh kesah dan itu memualkan bagi orang yang tak sungguh mendengarkannya. Banyak hal yang mengecewakan yang terjadi mendadak dalam hidup, sangat disayangkan lagi karena sifatnya selalu mendadak. Orang dewasa kembali bingung, bagaimana kejadian ini harus ia beritahu pada keluarganya? Pada orang-orang tersayangnya?  Belum lagi bagaimana nanti komnentar orang-orang lain di sekitarnya?

Tidak munafik bahwa seseorang yang menggunakan prinsip 5s dalam hidupnya yaitu santuy, santuy santuy, santuy, dan santuy bahkan ia akan tetap memikirkan deadline, urusan, dan segala komentar orang dalam hidupnya. Jika tidak memikirkan, jadilah saja orang yang hidup dalam khayalan dan dunianya sendiri! Jadilah saja dipendam yang sewaktu-waktu dapat meledak karena menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

16/09/19

Dari Aku Untuk Diriku: Jangan Pernah Redup Ya, Kamu!


Nin, ingat tidak kamu dulu pernah berada di fase ini, di fase hampir putus asa.
Kamu menangis, tetapi kamu berusaha cari jalan keluarnya sendiri
dan akhirnya menemukan solusi buat permasalahanmu.

Lalu kamu juga pernah menangis sendirian, kemudian melangkah lagi,
memulai lembar baru, saat itu kamu bilang ke diri kamu kalau kamu percaya
suatu saat akan tahu hikmah di balik setiap kejadian yang sudah direncanakan-Nya untuk kamu.

Nin, apa kamu tidak kangen diri kamu yang dulu?
Yang selalu percaya dengan suatu hari yang akan indah,
Yang percaya akan selalu ada hikmah baik di setiap yang terjadi,
Yang mau bangkit lagi dan terus berusaha lebih keras lagi.

Nin, apa kamu tidak kangen diri kamu yang dulu?
Yang menyusun banyak mimpi,
Yang yakin satu-persatunya akan terjadi,
Yang percaya dengan hal-hal baik yang akan datang.

Nin, apa kamu tidak kangen?
Mereka saja pasti sedang menunggumu untuk bersinar lagi. Iya, bukan?