Saya menulis ini tanpa ada maksud
sedikitpun untuk membuka aib orang lain, karena di sini saya tidak menyebutkan
secara jelas siapa orangnya atau merujuk pada siapa. Saya berharap tulisan saya ini bisa dibaca
oleh banyak anak laki-laki dan bisa membuat mereka sadar dan mengubah kebiasaan
mereka. Saya sangat khawatir dan ketakutan dengan fakta yang seringkali saya
temukan. Ini sejenis mengerikan mengetahui orang-orang tersebut hidup di
sekitar saya.
Jadi ceritanya begini, mereka
membuat suatu akun di sosmed. Dimulai dari satu orang, yang dimana satu orang
ini adalah seseorang yang saya sering berdiskusi dengannya tentang banyak hal
yang rumit tetapi ternyata dia memiliki pemikiran seperti itu. Dia membuat
suatu akun dimana akun tersebut dijadikan olehnya sebagai media untuk berbagi
gambar *maaf* alat kelamin, yang anehnya adalah jenis kelamin yang dia miliki sendiri.
I mean, what are you doing, boy? Untuk apa, hey? Ngapain dia bikin gituan,
bukannya dia juga punya sendiri? Ini sangat meresahkan saya karena dia teman
saya sendiri. Saya takut jika menduga bahwa dia punya sejenis gangguan atau
kelainan yang tidak terbaca oleh orang lain.
Jangan tanya mengapa saya bisa
mengetahui fakta ini sekalipun dia membuatnya bukan dengan namanya. Karena ada
petunjuk di sosmed dimana kita bisa menemukan akun-akun sosmed orang-orang yang
nomornya kita simpan di hp kita. Jadi sangat jelas itu akunnya dia berdasarkan
nomor ponsel yang digunakan bahkan tidak bisa disangkal lagi karena dia bahkan
menyimpan nomor ponselnya di bio akun tersebut untuk memudahkan orang yang mau
berbagi gambar yang tidak pantas tersebut.
Satu lagi teman saya, ia membuat
akun dengan nama yang sama dengan sosmednya yang lain. Dia baru saja membuat
akun tersebut. Informasi akun terbaru tersebut, dinotifikasi oleh sosmed menuju
akun milik saya karena saya menyimpan nomor teman saya tersebut. Tahu apa yang dia
follow? Followingnya baru enam akun dan kesemuanya itu berbau “hs”. Semuanya!
Apa pacarnya tidak ilfil jika mengetahui hal ini? Ya ampun! Astaghfirullahaladzim! Tiba-tiba seluruh
kewibawaan yang ia selalu tunjukkan di hadapan kita semua hancur berkeping-keping.
I’m so sorry, boy.
Kalau kalian berkomentar bahwa ini
wajar, tidak munafik, manusia normal, punya nafsu, saya bukan berpikir ke situ,
ya. Saya survey tidak hanya dari satu sisi, ya. Suatu kali, saya pernah punya
teman laki-laki dari aplikasi bermain game. Saya sering main game di situ dan
ada fasilitas untuk ngobrol dan chatnya juga yang seringnya saya nonaktifkan
karena tujuan saya jelas hanya untuk bermain game. Jelas saja pertemanan di
dunia maya sangat berbahaya, saya menemukan banyak pria hidung belang, modus,
alay, sange, dan sebagainya. Tetapi suatu kali saya bertemu dengan laki-laki
normal dan sopan. Kami berteman sampai ke jenis sosmed lainnya. Kemudian, saya
cek followingnya, awalnya saya pikir laki-laki seperti dia mesti aneh-aneh,
tetapi ternyata hal yang saya takutkan itu tidak ada sama sekali dalam
sosmednya. Justru dia mengikuti akun-akun yang sangat bermanfaat, seperti akun
inspirasi, motivasi sampai akun beasiswa ke luar negeri. Padahal yang saya tahu
tentangnya, dia lebih muda dari saya, tetapi dia sudah bekerja. Dia orang Jawa
yang bekerja di Kalimatan. Ia bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Hanya itu saja.
Kembali ke pembahasan awal, tidak
tahu ya kenapa resah dan risih sekali! Rasanya alat kelamin sekarang menjadi barang
murah bahkan tidak berharga. Saya mau menangis sendiri melihat hal ini. Aduh, manusia, dimana letak harga dirimu?
Dimana letak ketakutan diri atas mata yang melihat sesuatu yang tidak pantas?
Aduh, hati, mengapa sebebas ini? Aduh, pikiran mengapa semudah ini?
Kalau banyak orang yang suka dengan
konten seperti itu lalu bahkan memfasilitasi dan membaginya, saya tidak bisa
membayangkan bagaimana masa depan anak-anak bangsa nanti? Hal seperti itu
dianggap wajar dan biasa, dipertontonkan dan dilihat. Bagaimana pikiran
anak-anak kita tidak mudah dinodai? Kita tidak bisa selamanya menjaga anak-anak
kita, tidak bisa mengawasi mereka 24 jam nonstop, tetapi setidaknya kita bisa
mengurangi hal-hal tersebut dalam hidup kita. Berpikir sejak dalam diri sendiri
bahwa ini salah, ini tidak boleh, ini tidak pantas, ini perlu dijauhkan, ini
tidak layak dikonsumsi, ini mencemari. Segera ingkari, segera jauhi, segera
hapus, segera istighfar!