13/11/19

Pay Attention to Our Attitude!


Saya menulis ini tanpa ada maksud sedikitpun untuk membuka aib orang lain, karena di sini saya tidak menyebutkan secara jelas siapa orangnya atau merujuk pada siapa.  Saya berharap tulisan saya ini bisa dibaca oleh banyak anak laki-laki dan bisa membuat mereka sadar dan mengubah kebiasaan mereka. Saya sangat khawatir dan ketakutan dengan fakta yang seringkali saya temukan. Ini sejenis mengerikan mengetahui orang-orang tersebut hidup di sekitar saya.

Jadi ceritanya begini, mereka membuat suatu akun di sosmed. Dimulai dari satu orang, yang dimana satu orang ini adalah seseorang yang saya sering berdiskusi dengannya tentang banyak hal yang rumit tetapi ternyata dia memiliki pemikiran seperti itu. Dia membuat suatu akun dimana akun tersebut dijadikan olehnya sebagai media untuk berbagi gambar *maaf* alat kelamin, yang anehnya adalah jenis kelamin yang dia miliki sendiri. I mean, what are you doing, boy? Untuk apa, hey? Ngapain dia bikin gituan, bukannya dia juga punya sendiri? Ini sangat meresahkan saya karena dia teman saya sendiri. Saya takut jika menduga bahwa dia punya sejenis gangguan atau kelainan yang tidak terbaca oleh orang lain.

Jangan tanya mengapa saya bisa mengetahui fakta ini sekalipun dia membuatnya bukan dengan namanya. Karena ada petunjuk di sosmed dimana kita bisa menemukan akun-akun sosmed orang-orang yang nomornya kita simpan di hp kita. Jadi sangat jelas itu akunnya dia berdasarkan nomor ponsel yang digunakan bahkan tidak bisa disangkal lagi karena dia bahkan menyimpan nomor ponselnya di bio akun tersebut untuk memudahkan orang yang mau berbagi gambar yang tidak pantas tersebut.

Satu lagi teman saya, ia membuat akun dengan nama yang sama dengan sosmednya yang lain. Dia baru saja membuat akun tersebut. Informasi akun terbaru tersebut, dinotifikasi oleh sosmed menuju akun milik saya karena saya menyimpan nomor teman saya tersebut. Tahu apa yang dia follow? Followingnya baru enam akun dan kesemuanya itu berbau “hs”. Semuanya! Apa pacarnya tidak ilfil jika mengetahui hal ini? Ya ampun! Astaghfirullahaladzim! Tiba-tiba seluruh kewibawaan yang ia selalu tunjukkan di hadapan kita semua hancur berkeping-keping. I’m so sorry, boy.

Kalau kalian berkomentar bahwa ini wajar, tidak munafik, manusia normal, punya nafsu, saya bukan berpikir ke situ, ya. Saya survey tidak hanya dari satu sisi, ya. Suatu kali, saya pernah punya teman laki-laki dari aplikasi bermain game. Saya sering main game di situ dan ada fasilitas untuk ngobrol dan chatnya juga yang seringnya saya nonaktifkan karena tujuan saya jelas hanya untuk bermain game. Jelas saja pertemanan di dunia maya sangat berbahaya, saya menemukan banyak pria hidung belang, modus, alay, sange, dan sebagainya. Tetapi suatu kali saya bertemu dengan laki-laki normal dan sopan. Kami berteman sampai ke jenis sosmed lainnya. Kemudian, saya cek followingnya, awalnya saya pikir laki-laki seperti dia mesti aneh-aneh, tetapi ternyata hal yang saya takutkan itu tidak ada sama sekali dalam sosmednya. Justru dia mengikuti akun-akun yang sangat bermanfaat, seperti akun inspirasi, motivasi sampai akun beasiswa ke luar negeri. Padahal yang saya tahu tentangnya, dia lebih muda dari saya, tetapi dia sudah bekerja. Dia orang Jawa yang bekerja di Kalimatan. Ia bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Hanya itu saja.

Kembali ke pembahasan awal, tidak tahu ya kenapa resah dan risih sekali! Rasanya alat kelamin sekarang menjadi barang murah bahkan tidak berharga. Saya mau menangis sendiri melihat hal ini. Aduh, manusia, dimana letak harga dirimu? Dimana letak ketakutan diri atas mata yang melihat sesuatu yang tidak pantas? Aduh, hati, mengapa sebebas ini? Aduh, pikiran mengapa semudah ini?

Kalau banyak orang yang suka dengan konten seperti itu lalu bahkan memfasilitasi dan membaginya, saya tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan anak-anak bangsa nanti? Hal seperti itu dianggap wajar dan biasa, dipertontonkan dan dilihat. Bagaimana pikiran anak-anak kita tidak mudah dinodai? Kita tidak bisa selamanya menjaga anak-anak kita, tidak bisa mengawasi mereka 24 jam nonstop, tetapi setidaknya kita bisa mengurangi hal-hal tersebut dalam hidup kita. Berpikir sejak dalam diri sendiri bahwa ini salah, ini tidak boleh, ini tidak pantas, ini perlu dijauhkan, ini tidak layak dikonsumsi, ini mencemari. Segera ingkari, segera jauhi, segera hapus, segera istighfar!

Renungan Menjelang Akhir Zaman


Hari ini saya sendirian di sebuah kamar hotel. Ayah saya sedang pergi ke suatu acara bersama rekan-rekannya, ibu saya sedang menjadi wisatawan dan jalan-jalan dengan teman-temannya yang kebetulan disopiri oleh kakak saya, sementara itu adik saya sedang mengadakan meet up dan reuni kecil-kecilan dengan teman-teman lamanya di kota ini. Saya memilih sendirian di kamar hotel, ingin banyak merenung. Terlalu banyak waktu yang sia-sia di tahun ini, banyak momen yang sebenarnya berharga, tetapi tidak berhasil dibuat bermakna. Tahun ini banyak ekspetasi yang terlalu tinggi sehingga tak sampai dan menyebabkan kecewa hati. Tahun ini banyak perubahan dalam hidup; rumah baru, tempat baru, orang baru, keluarga baru, teman-teman baru, perjalanan pulang yang baru, kehilangan yang baru, namun dengan rasa duka yang tetap sama sampai sekarang. Kita tidak pernah baik-baik saja ketika kehilangan orang yang kita cinta.

Akan tetapi, sebenarnya saya yakin tahun depan akan lebih banyak lagi perubahan yang terjadi. Akan lebih banyak lagi gejolak perasaan yang beraneka ragam akan timbul. Saya harus mulai bergerak dari sekarang. Karena saya tahu saya adalah pribadi yang mudah panik, maka saya harus membuat persiapan untuk segala kemungkinan yang akan terjadi dalam hidup saya.

Duh, sial! Saya ketiduran, dua jam lebih! Benar kata ayah saya, hotel itu tempat untuk tidur, ujarnya ketika melihat saya semalam pada jam tidur masih memegang ponsel.

Saya bergegas mencuci muka. Lalu membuka hordeng jendela lebar-lebar, merenung lagi. Alam ini indah betul, ya. Dari sini semuanya terlihat tentram. Tak bisa dibayangkan bila ada meteorid (menurut berita) yang sedang bergerak menuju bumi itu jatuh menabrak bumi. Pembahasan ini berawal dari pembicaraan keluarga saya pada waktu itu tentang peristiwa Ad-Dukhan yaitu bencana asap sebagai pertanda kiamat. Kabut asap panas yang bernama Dukhan ini akan menyelimuti bumi selama 40 hari 40 malam. Seorang teman dari tante saya, bahkan sekeluarga besarnya telah menyiapkan rumah di daerah pegunungan untuk menghadapi bencana kabut asap tersebut. Katanya, dajjal hanya turun ke kota-kota, bukan ke pelosok desa. Mereka bahkan telah menyiapkan persediaan makanan dan peralatan seperti oksigen, masker dan lain sebagainya di rumah tersebut. Terlepas dari kebenaran berita tersebut yang katanya akan tiba sebentar lagi peristiwa tersebut, kita sebagai umat Muslim sudah seharusnya meyakini peristiwa Hari Akhir dan tidak ada salahnya untuk mempersiapkan hal tersebut.

Boooom! Dunia akan hancur pada Hari Kiamat nanti. Semua yang kita punya, yang kita banggakan di dunia, semuanya akan hilang. Semuanya hancur. Semua yang kita punya tidak bisa menolong kita, kecuali amalan-amalan kita sendiri. Di kuburan kelak, Al-Qur’an yang kita sering baca akan datang kepada kita untuk menerangi kuburan kita sebagai orang yang sering membacanya. Di akhirat kelak, Nabi Muhammad SAW. juga akan menyelamatkan kita kalau kita sering bershalawat untuknya. Di hari akhir nanti, kita bakal dilindungi dari dajjal kalau kita hafal sepuluh ayat pertama dari surah Al-Kahfi, atau bisa juga dengan berusaha mengucapkan doa perlindungan dajjal setiap di penghujung shalat yaitu saat tasyahud akhir sebelum salam.

Menjadi Dewasa #2


Menjadi orang dewasa ternyata sedikit merepotkan, sewaktu kecil bisa dikatakan bebas berteman dengan lawan jenis. Ketika dewasa, berteman dengan lawan jenis sedikit-dikit ditanya, “itu siapa yang nelpon? Tadi sama siapa? Diantar sama siapa? Dibawain obat sama siapa? Kemarin yang ke rumah siapa?”

Saya menyadari semakin kita dewasa, pertemanan antar lawan jenis memang harus dijaga. Sebagai orang dewasa yang berakal harusnya sudah tahu batas-batasnya yang diperbolehkan dan tidak. Kita sudah sama-sama tahu kok, tinggal kembali ke diri kita sendiri untuk melakukan hal yang menurut kita baik untuk diri kita. Kita barangkali sudah dewasa, sudah tidak suka diatur-atur maka dari itu harus bisa sadar sendiri, kalau tidak, nanti Allah melalui caraNya yang tidak disangka baru menyadarkan kita.

Kangen jadi anak kecil, yang kalau berteman dengan lawan jenis dianggap biasa saja, tanpa embel-embel perasaan, setidaknya pada zaman saya kecil ya seperti itu. Sekarang menjadi orang dewasa apa-apa cukup sulit. Banyak persahabatan antar lawan jenis yang justru berakhir membawa perasaan. Makanya ada quote yang mengatakan bahwa tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan. Meski quote itu tidak sepenuhnya benar, sih. Ada juga kok yang memang cuma bersahabat. Maksud saya gini lho, kalau terlalu dekat berteman dengan lawan jenis kadang suka menimbulkan fitnah atau tanda tanya, “Itu siapa kamu? Tadi kamu pergi sama siapa?” Atau apalah.

Kalau jadi anak kecil, mana mungkin ditanya seperti itu, tidak akan disangka apa-apa, murni berteman.  Apakah ini bertanda bahwa kita sudah jadi orang dewasa? Mulai membatasi pertemanan dan memilih pergaulan?

Ya setidaknya jika memang kita berteman, bisakah saya tahu kabarmu? Bukankah kita berteman?

Setiap Manusia Terlahir Bersama Rejekinya


Pada ceramah yang tempo hari saya tonton, dikatakan oleh Syekh Sya’rawi bahwa Allah Swt. Berfirman: “Wahai anak Adam! Sungguh janganlah kalian takut kepada orang yang memiliki kekuasaan, selama kekuasaan-Ku masih ada dan berlangsung. Dan sungguh kekuasaan-Ku tidak akan pernah berakhir selamanya. Wahai anak Adam!! Jangan kalian khawatir dengan kesulitan rezeki, sedangkan ruang penyimpananku masih terisi penuh dan ruang penyimpanan-Ku tidak akan pernah habis selamanya. Wahai anak adam, Aku menciptakanmu untuk beribadah (menyembah-Ku), maka janganlah bermain-main dan aku telah menjamin rezekimu, maka janganlah bersusah-susahan.”

“Kalian terbiasa menyusahkan badan dan hati kalian dan kalian menyibukkan diri dengan hal itu, biarlah badan lelah namun hati kalian berpasrahlah, badan lelah namun hati pasrah bertawakal. Demi kekuasaan dan kemuliaan-Ku, jika kau ridho terhadap ketentuan-Ku atasmu, maka akan Aku bahagiakan jiwa dan ragamu. Dan engkau di sisi-Ku termasuk orang-orang yang baik lagi terpuji. Dan jika kalian tidak ridho dengan apa yang telah Aku berikan, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sungguh Aku akan menjadikan dunia menguasai kalian. Kalian akan memperebutkannya seperti binatang buas mencari mangsa di padang gurun yang tandus dan tidak akan ada apapun lagi bagi kalian kecuali yang telah Aku berikan kepada kalian.”

Kadang, suka mikir biaya bangun rumah mahal banget, belum untuk beli tanahnya dulu, urus sertifikat, dan lain sebagainya. Biaya sekolah TK swasta juga mahal banget karena pernah lihat datanya. Kadang suka mikir, kok ya orangtua suka belikan mainan anaknya banyak-banyak banget, mahal-mahal banget, padahal uangnya bisa untuk yang lebih penting dari sekedar mainan, ya mungkin nanti kalau saya sudah punya anak juga begitu kali ya, bawaannya pengen membahagiakan anak, pengen belikan beraneka macam mainan.

Oh iya, di antara jarak antara kampus dan kosan itu ada sekolah swasta elit meskipun tempatnya di jalanan sempit. Tiap lewat suka ngebatin, anak-anak SD ini kok ya jajan terus sampai pulang sekolah, jajannya sama kayak yang anak kuliahan beli sehari-hari. Saya menduga jajan mereka perhari bisa sampai lima puluh ribu lebih sendiri, ya wajar sih soanya ini SD mahal, terkenal dan bagus. Rata-rata berasal dari keluarga berada juga dan lulusannya memang tidak main-main. Beberapa kenalan saya yang juga alumni SD tersebut adalah orang-orang yang berkualitas dengan kinerja kerja yang bagus.


Suatu hari, di suatu perjalanan, saya iseng bertanya pada orangtua saya,

“Nanti kalau Nina sudah menikah nggak boleh minta uang ke orangtua lagi, ya?”

“Minta ke suami kamulah!”

“…”

“Jangan khawatir, setiap anak yang terlahir ke dunia sudah terlahir juga dengan rejekinya, begitu juga kamu.”


Ayah saya lalu menceritakan tentang kekhawatirannya yang sama dengan yang saya rasakan pada zaman beliau muda dulu. Beliau punya seorang teman yang mengalami disabilitas, yaitu tidak mampu melihat. Awalnya, ayah saya berpikir bagaimana kedepannya temannya ini akan hidup? Bagaimana nanti dia mencari nafkah? Bagaimana nanti hidup anak-anaknya? Tetapi, seiring berjalannya waktu, kuasa Allah menunjukkan itu semua. Temannya ini tetap bisa hidup, sebagaimana manusia lainnya yang memiliki keluarga. Karena rezeki dari Allah ada-ada saja caranya, bahkan lewat cara yang tidak kita sangka-sangka.

She is Crying


Saya punya teman-teman dekat, yang semuanya itu cantik-cantik, karena semuanya perempuan. Waktu itu saya khawatir dan bergegas menuju kosan si A, sampai di sana saya menunggunya dulu untuk shalat Zuhur. Usai shalat, masih dengan mukenanya, ia menangis karena laki-laki yang dicintainya itu keras kepala. Saya coba peluk dia. Ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh laki-lakinya itu. Di lain waktu, saya memanggil sahabat saya si B melalui video call WhatsApp, rupanya masih pagi dan matanya sembab karena sedang menangis. Sejak semalam, ada kesalahpahaman yang dibuat oleh laki-laki yang katanya mencintainya itu. Di lain tempat lagi, hari itu, si C datang ke kosan saya, ia menceritakan laki-laki yang disukainya. Tanpa sadar, ia mulai menangis. Saya tahu, ini pertama kalinya dia sesuka ini pada seorang laki-laki. Dia yang biasanya menyimpan raapat ceritanya, tiba-tiba untuk kisah yang satu ini ia ceritakan terus menerus, hampir setiap hari, setiap ada waktu, dan dia memang sudah terlanjur sesuka itu pada laki-laki yang tidak bisa memberinya kepastian. Dia meminta maaf pada saya karena sudah menangis, saya bilang bahwa it’s okay, tidak apa-apa jika dia menangis.
               
Okay. Di sini saya akan menyisipkan kicauan-kicauan dari twitter teman saya yang bernama Dean. Sebab saya juga tidak tahu apa yang harus saya lakukan pada teman-teman saya yang dibuat menangis oleh orang yang katanya mencintai mereka. Semoga apa yang dikicaukan oleh Dean melalui akun twitternya dapat mencerahkan para pembaca. Meskipun di sini ada sedikit perbedaan, jika teman-teman saya berada dalam situasi bertahan dengan orang yang menurut mereka, mereka saling mecintai, tetapi di kicauan Dean merujuk kepada mereka yang memilih bertahan pada orang yang tidak mencintai mereka. Persamaannya adalah seseorang ini sama-sama saja berhasil membuat tangis.

“Kamu sayang nggak sama diri kamu sendiri?”

“Maksudnya?”

“You choose to stay there with someone who doesn’t love you while you wishing a supportive partner to share your whole life, yet he’s not changing at all. He’s not going to change if he doesn’t want to. You can’t change people, you only support people to change.”

“…”

“Let’s give yourself a better home. She deserves a better home.”

Menurut mereka, yang mereka jadikan pikiran ketika melepaskan adalah mereka sulit merelakan perubahan keseharian yang terjadi, alias sudah nyaman dengan “kebiasaan” yang sudah terjalin. Menurut saya, disitulah tantangan “melupakan”. Bagaimana kamu belajar untuk survive dengan diri kamu sendiri dibanding sewaktu kamu masih bersamanya, masih bisa pergi ditemani dengannya dan meminta tolong padanya.

Maaf, jika saya cuma bisa datang untuk mendengarkan dan memeluk, karena mungkin patah hati yang kita rasakan beda sebab dan beda arah. Untuk sebab yang sama, saya lupa kapan terakhir kali merasakannya, mungkin saat masih berbalut seragam putih abu-abu.