10/07/21

Dua Kali Dinyatakan Positif Covid-19, Faktanya Justru Sebaliknya!

 

Source: freepik.com

Saya tidak menyangka bahwa pada akhirnya laman blog saya sampai pada chapter ini. Sebuah chapter yang siapapun tak inginkan di dalam hidupnya. Pernyataan positif covid yang pertama kali saya terima, membuat saya terduduk diam cukup lama. Bingung. Namun, pernyataan positif covid yang kedua kalinya saya terima, benar-benar saya terima dengan hati legowo. Mungkin karena pada momen itu, saya memang benar-benar ingin istirahat saja. Dua kali saya dinyatakan positif covid, inilah kisah keluarga saya sebagai penyintas covid-19.

 

Melakukan Perjalanan Panjang

Cerita ini akan saya mulai dari sebuah kekacauan yang terjadi di rumah. Usai saya merasa kehilangan diri sendiri, ibu saya akhirnya merestui saya untuk melakukan perjalanan panjang ke selatan pulau Jawa, Banyuwangi, guna menenangkan diri untuk bisa kembali berpikir jernih. Banyuwangi adalah sebuah kota yang sudah lama masuk waiting list saya bahkan jauh sebelum pandemi. Dulu rencananya perjalanan tersebut akan saya lakukan selesai saya sidang skripsi. Namanya juga rencana manusia, tak ada yang pasti. Akhirnya seluruh rencana manusia di 2020 kacau-balau karena datangnya pandemi.  Namun, saya tidak menduga bahwa momen ini akhirnya tiba juga pada bulan Juni tahun ini.

Sebelumnya, saya melakukan searching terkait berita potensi tsunami yang terjadi di Jawa Timur dan memastikan bahwa isu tersebut benar. Hanya saja di sini ada kesalahpahaman pada masyarakat dalam menangkap berita. Potensi bukanlah prediksi. Potensi merupakan hal yang berbeda dengan prediksi. Dengan memantapkan hati, akhirnya saya berangkat ke Banyuwangi dengan sebelumnya mampir terlebih dahulu ke Magelang dan Yogyakarta selama beberapa hari. Saat itu mulai terdengar isu lonjakan kasus covid di Yogyakarta. Khusus Yogyakarta, bukan daerah lainnya selama yang saya ketahui.

Berangkatlah saya pada tanggal 12 Juni 2021. Saya menuju ke Magelang terlebih dahulu untuk mengurus berkas-berkas BPJS saya. Dikarenakan saya sudah lulus kuliah, saya harus mengubah BPJS saya menjadi peserta mandiri dan proses ini tidak bisa dilakukan secara online karena terkait dengan persetujuan rekening bank. Saya sedang mengejar waktu untuk menyelesaikan urusan administrasi yang ternyata cukup rumit ini karena tidak cukup mengurusnya dalam satu hari. Saya butuh BPJS karena saya hendak melakukan operasi yang akan berlangsung sebanyak dua kali dengan biaya yang cukup mahal jika dilakukan tanpa BPJS. Errghh. Sabar.

Sembari menunggu berkas selesai, saya ke Yogyakarta menemui teman-teman yang saya sayangi. Teman-teman yang memang ingin saya temui.  Teman-teman yang sedang menghadapi berbagai masalah juga. Saya datang berharap kami bisa saling menguatkan.

 

Dinyatakan Positif Melalui Tes Genose

Tiba H-1 saya akan berangkat menuju Banyuwangi, saya melakukan tes. Hal ini saya lakukan untuk memastikan bahwa diri saya sehat, sebab di Banyuwangi nanti saya akan tinggal di tempat tinggal milik relasi saya. Setidaknya saya harus memastikan bahwa diri saya baik-baik saja agar tidak membawa virus ke tempat orang lain. Tes Genose pertama saya negatif ketika hendak berangkat dengan kereta api dari Bandung menuju Yogyakarta, namun selang beberapa hari begitu saya hendak ke Banyuwangi, tes Genose saya hasilnya positif. Deg. Aduh. Kayaknya gara-gara habis makan sate usus dan lontong sayur deh. Padahal kejadiannya sudah dua jam berlalu dari sebelum tes. Saya diam, kaku, bingung, dan segalanya berputar di pikiran saya.

Saya mengakui bahwa saya sering melakukan perjalanan keluar kota yakni ke Yogyakarta selama pandemi berlangsung. Terhitung di tahun ini sudah tiga kali saya bolak-balik ke Yogyakarta. Dan ini pertama kalinya tes Genose saya hasilnya positif. Kebetulan tesnya memang di RS bukan tes Genose yang bekerjasama dengan  PT. KAI.

Saya segera menenangkan diri, lalu ke apotek beli air NaCl untuk membersihkan hidung dan cepat-cepat ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di dekat Malioboro untuk tes Antigen. Saya tidak percaya dengan hasil tes Genose saya, sementara saya harus memastikan status diri saya saat ini terkait covid.

Saya sempat curhat juga ke petugas Antigen, "Pak, saya nggak mau hasilnya positif. Saya nggak boleh positif sekarang soalnya saya baru abis ketemu teman-teman dan keluarga saya."

Saat itu di benak saya cuma kepikiran mereka. Orang-orang yang baru saja saya temui adalah orang-orang yang berharga dalam hidup saya. Apalagi pandemi begini, saya benar-benar memilih untuk bertemu dengan siapa, mengutamakan orang-orang yang prioritas dulu untuk ditemui.

Akhirnya petugas juga ikut menanggapi kegelisahan saya. "Banyak yang kemana-mana tetapi nggak kena, banyak juga yang cuma di rumah saja justru kena." Beliau seolah ingin membesarkan hati saya, memberitahu saya bahwa jangan terlalu panik dan jika terjadi apa-apa jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.