![]() |
Source: freepik.com |
Saya tidak menyangka bahwa pada
akhirnya laman blog saya sampai pada chapter ini. Sebuah chapter yang siapapun
tak inginkan di dalam hidupnya. Pernyataan positif covid yang pertama kali saya
terima, membuat saya terduduk diam cukup lama. Bingung. Namun, pernyataan
positif covid yang kedua kalinya saya terima, benar-benar saya terima dengan
hati legowo. Mungkin karena pada momen itu, saya memang benar-benar ingin
istirahat saja. Dua kali saya dinyatakan positif covid, inilah kisah keluarga
saya sebagai penyintas covid-19.
Melakukan Perjalanan
Panjang
Cerita ini akan saya mulai dari
sebuah kekacauan yang terjadi di rumah. Usai saya merasa kehilangan diri
sendiri, ibu saya akhirnya merestui saya untuk melakukan perjalanan panjang ke
selatan pulau Jawa, Banyuwangi, guna menenangkan diri untuk bisa kembali
berpikir jernih. Banyuwangi adalah sebuah kota yang sudah lama masuk waiting list saya bahkan jauh sebelum
pandemi. Dulu rencananya perjalanan tersebut akan saya lakukan selesai saya
sidang skripsi. Namanya juga rencana manusia, tak ada yang pasti. Akhirnya
seluruh rencana manusia di 2020 kacau-balau karena datangnya pandemi. Namun, saya tidak menduga bahwa momen ini akhirnya
tiba juga pada bulan Juni tahun ini.
Sebelumnya, saya melakukan
searching terkait berita potensi tsunami yang terjadi di Jawa Timur dan
memastikan bahwa isu tersebut benar. Hanya saja di sini ada kesalahpahaman pada
masyarakat dalam menangkap berita. Potensi bukanlah prediksi. Potensi merupakan
hal yang berbeda dengan prediksi. Dengan memantapkan hati, akhirnya saya
berangkat ke Banyuwangi dengan sebelumnya mampir terlebih dahulu ke Magelang
dan Yogyakarta selama beberapa hari. Saat itu mulai terdengar isu lonjakan
kasus covid di Yogyakarta. Khusus Yogyakarta, bukan daerah lainnya selama yang
saya ketahui.
Berangkatlah saya pada tanggal 12
Juni 2021. Saya menuju ke Magelang terlebih dahulu untuk mengurus berkas-berkas
BPJS saya. Dikarenakan saya sudah lulus kuliah, saya harus mengubah BPJS saya
menjadi peserta mandiri dan proses ini tidak bisa dilakukan secara online
karena terkait dengan persetujuan rekening bank. Saya sedang mengejar waktu
untuk menyelesaikan urusan administrasi yang ternyata cukup rumit ini karena
tidak cukup mengurusnya dalam satu hari. Saya butuh BPJS karena saya hendak
melakukan operasi yang akan berlangsung sebanyak dua kali dengan biaya yang
cukup mahal jika dilakukan tanpa BPJS. Errghh.
Sabar.
Sembari menunggu berkas selesai,
saya ke Yogyakarta menemui teman-teman yang saya sayangi. Teman-teman yang
memang ingin saya temui. Teman-teman yang
sedang menghadapi berbagai masalah juga. Saya datang berharap kami bisa saling
menguatkan.
Dinyatakan Positif
Melalui Tes Genose
Tiba H-1 saya akan berangkat
menuju Banyuwangi, saya melakukan tes. Hal ini saya lakukan untuk memastikan
bahwa diri saya sehat, sebab di Banyuwangi nanti saya akan tinggal di tempat
tinggal milik relasi saya. Setidaknya saya harus memastikan bahwa diri saya
baik-baik saja agar tidak membawa virus ke tempat orang lain. Tes Genose pertama saya negatif ketika
hendak berangkat dengan kereta api dari Bandung menuju Yogyakarta, namun selang
beberapa hari begitu saya hendak ke Banyuwangi, tes Genose saya hasilnya positif. Deg. Aduh. Kayaknya gara-gara habis makan sate usus dan lontong sayur
deh. Padahal kejadiannya sudah dua jam berlalu dari sebelum tes. Saya diam,
kaku, bingung, dan segalanya berputar di pikiran saya.
Saya mengakui bahwa saya sering
melakukan perjalanan keluar kota yakni ke Yogyakarta selama pandemi berlangsung.
Terhitung di tahun ini sudah tiga kali saya bolak-balik ke Yogyakarta. Dan ini pertama kalinya tes Genose saya hasilnya
positif. Kebetulan tesnya memang di RS bukan tes Genose yang bekerjasama
dengan PT. KAI.
Saya segera menenangkan diri,
lalu ke apotek beli air NaCl untuk membersihkan hidung dan cepat-cepat ke RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berada di dekat Malioboro untuk tes Antigen.
Saya tidak percaya dengan hasil tes Genose saya, sementara saya harus
memastikan status diri saya saat ini terkait covid.
Saya sempat curhat juga ke
petugas Antigen, "Pak, saya nggak
mau hasilnya positif. Saya nggak boleh positif sekarang soalnya saya baru abis
ketemu teman-teman dan keluarga saya."
Saat itu di benak saya cuma
kepikiran mereka. Orang-orang yang baru saja saya temui adalah orang-orang yang
berharga dalam hidup saya. Apalagi pandemi begini, saya benar-benar memilih
untuk bertemu dengan siapa, mengutamakan orang-orang yang prioritas dulu untuk
ditemui.
Akhirnya petugas juga ikut
menanggapi kegelisahan saya. "Banyak
yang kemana-mana tetapi nggak kena, banyak juga yang cuma di rumah saja justru
kena." Beliau seolah ingin membesarkan hati saya, memberitahu saya
bahwa jangan terlalu panik dan jika terjadi apa-apa jangan terlalu menyalahkan
diri sendiri.