Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya
(Malaikat Juga Tahu – Dee Lestari )
Awalnya aku sempat terkejut ketika ia memintaku untuk menemaninya hari
ini. Sudah lama sekali aku dan dia menjaga jarak, tetapi kami sama-sama tak
tahu alasan mengapa kami membuat jarak. Orang-orang yang membuat kami menjadi
seperti ini. Sudah lama aku tak melewati hari bersamanya. Ya, dulu kami sering
pergi bersama, bukan karena terjadi sesuatu yang spesial di antara kami. Tetapi,
karena ia menganggapku sebagai temannya. Sementara aku berbeda, aku memandangnya
karena aku menyukainya. Dulu, ia memiliki seorang kekasih, dan aku bukanlah
seorang perusak. Aku tak pernah mengatakan apapun, dan waktu terus berjalan
menjadikan kami berdua sebagai teman. Hanya teman.
Tetapi, sekitar hampir setahun yang lalu, kekasihnya berpaling pada
temannya sendiri. Aku tahu dia begitu terkejut, aku tak kalah terkejut. Awalnya
aku cukup senang, memikirkan mungkin aku bisa mendapatkannya. Tetapi, begitu
aku melihat hari-harinya yang berubah, aku mengerti bahwa ia begitu kehilangan.
Aku tak tahu harus berbuat apa, karena jarak di antara kami sudah tercipta
dengan jelas. Aneh rasanya bila menyapanya, tetapi aku tahu dari caranya
melihatku, dia berkali-kali berusaha untuk menyapaku namun selalu diurungkannya
niat itu.
“Mari kita buat jarak, mungkin dua minggu?” begitu katanya pada setahun
yang lalu. Aku terkejut dengan perkataannya yang membuat keputusan seperti itu.
Tetapi, aku mengerti mengapa ia melakukan ini.
“Baiklah, hanya dua minggu.” Kataku. Ia mengangguk lalu pergi. Namun,
hingga kini aku merasa dua minggu itu tak kunjung berakhir. Tetapi, hari ini
berbeda. Ia kembali.