Aku tahu, judul
postinganku adalah misteri, tetapi bersifat pasti. Semua yang hidup akan mati. Kau
tahu, pertanyaan itu selalu menggangguku, membuat dadaku sesak, nafasku
tertahan, airmata mengaburkan pandanganku.
Pukulan pertanyaan itu
lebih menyesakkan dibandingkan saat kepalaku terbentur, saat aku sempat
kehilangan beberapa memori di otakku, saat dokter memvonisku terkena geger
otak.
Lagi-lagi
pertanyaan itu lebih menyesakkan dibandingkan saat kepalaku sakit luarbiasa,
sendi-sendiku meronta-ronta seperti minta dilepaskan. Semua panik dan berpikir
ini merupakan akibat benturan itu.
Pertanyaan itu
lebih menyesakkan dibandingkan saat ambulans membawaku menembus lampu hijau dan
beberapa bagian tubuhku dihiasi berbagai alat medis. Ini lebih menyesakkan
dibandingkan saat aku tahu aku menderita sakit yang lain.
Pertanyaan itu
lebih menyesakkan dibandingkan nafasku yang mulai tertatih tiap kali aku memberanikan
bibirku menyentuh yang kusukai, kopi. Sedikit saja, ia bisa merusakku. Tetapi, ini
belum seberapa dibandingkan sesaknya aku tiap kali mengingat pertanyaan itu,
jika esok aku tiada?
Aku ingin
bertanya, pernahkah dalam hatimu terlintas pertanyaan seperti pertanyaan yang
selalu hadir dalam batinku? Pertanyaan yang jawabannya hanya Tuhan yang tahu.
//Nina, with
Love//
Sumber gambar: dari sini
Pertanyaan yang sama terus membayangiku setiap malam saat aku merebahkan badanku, tepat sebelum aku mulai tak terjaga lagi. Setiap malam tanpa terlewatkan selama masa SMA ku di asrama dahulu.
BalasHapusKetika beranjak kuliah dengan kesibukan yang luar biasa tak terduga, entah mengapa aku mulai melupakan pertanyaan itu dan seketika langsung tertidur ketika kuhempaskan badanku ke kasur.
Namun Tuhan menegurku dengan segala kesalahan yang kuperbuat. Berkat ketidakseringannya diriku untuk minum air putih, berkat kemalasanku untuk makan dengan alasan mager dan berhemat, Tuhan menegurku dengan memberikan luka pada organ dalamku yang terkait dengan makan dan minum.
Ginjal dan Lambung.
Aku divonis terkena infeksi ginjal setelah kuputuskan untuk check-up karena kutemukan air seni yang berwarna merah keluar tanpa ampun dari tempatnya. Setelah melewati hari-hari dengan rintihan rasa sakit yang seperti meremas ginjalku, hasil yang kudapatkan ternyata ada butiran kristal batu di sana, diginjal bagian kananku.
Mengenai lambungku, memang sejak lama aku menderita maag. Apa saja kumakan sejak aku kecil hingga sekarang di umurku yang hampir menginjak kepala dua. Hari ini, hari kelima sejak infeksi lambung menyerangku dan kurasa mulai membaik namun tetap saja kebiasaanku mengkonsumsi sambal tak berhenti.
Hm
Sejak saat Tuhan menegurku, aku kembali bertanya hal yang dulu selalu kutanya dimasa tiga tahunku disebuah desa kecil nun jauh dari keluarga. Walaupun tidak setiap hari, namun pertanyaannya akan tetap sama: Jika Esok Aku Tiada?
"berkat kemalasanku untuk makan dengan alasan mager dan berhemat." :")
HapusJangan dzalim sama diri sendiri. tetap jaga pola makan dan pola hidup. keep health, kak! semangat! :)