Bila itu masih
di dalam batas wajar,
Mengapa tidak
kita saja yang menghargai caranya orang?
Bila itu bukan
sesuatu yang menyulitkan,
Mengapa tidak
kita saja yang belajar untuk menyesuaikan?
Bila itu bukan suatu
permasalahan,
Mengapa tidak
kita saja yang belajar untuk menerima?
Ada memang,
jenis manusia yang menghargai mati-matian pendapatnya sendiri.
Bukankah bila
begitu adanya, semestinya pula ia memahami bahwa sebuah pendapat bukan hanya
milik dirinya saja.
Ada memang,
jenis manusia yang diam-diam berontak, meski luarnya ia mengajarkan pemahaman.
Bukankah bila
begitu adanya, semestinya pula ia belajar tentang apa yang diajarkannya pada
orang lain itu?
Ada memang,
jenis manusia yang ingin sekali sekitarnya memahaminya. Namun, di sisi lain, bukankah
ia sama saja memaksa sekitarnya untuk berpura-pura memahaminya?
Semua orang
lebih menutup dan mengunci diri mereka ketika orang itu hadir.
Semua orang tak
bisa mengekspresikan pendapatnya, tak bisa leluasa melakoni jati dirinya
sendiri.
Semua orang
berpura-pura memahami satu orang ini, berpura-pura menghargai pendapatnya.
Semata-mata
untuk apa? Untuk apa lagi jika bukan untuk menjaga diri dari komunikasi yang
buruk, dari masalah kecil yang berkemungkinan menjadi besar. Lihat, begitu
banyak orang-orang yang berpura-pura memahamimu. Lihat, kau berjuang setengah
mati mempertahankan opinimu, sementara yang lain berjuang setengah mati
berpura-pura menghargai opinimu.
Dan aku ingin
bertanya, apakah kau ingin menjadi orang yang seperti ini? Apa begitu sulit
untuk berlapang dada? Apa begitu sulit mengalah? Apa begitu bahagia merasa
dirinya begitu paling dipahami? Apa sebahagia itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar