24/01/19

Januari Melahirkan Hobi Baru


Entah ada apa gerangan, berawal dari festival minggir dimana saat itu beberapa bocah yang saya perkirakan masih duduk di sekolah dasar itu begitu bersemangat menjual berbagai macam tanaman yang dijual dalam pot-pot kecil. Ada tanaman cocor bebek, bunga telang, bunga matahari, kamboja, dan lain sebagainya. Akhirnya saya memilih membeli tanaman bunga matahari yang usianya masih sangat dini beserta benihnya. Lebih terharu lagi saat mengetahui bahwa hasil penjualannya mau mereka gunakan untuk tour keliling Jogja, yakni ke Keraton dan tempat-tempat lainnya, padahal mereka tinggal di daerah Jogja meski di wilayah pinggirannya.

Pada Januari ini, lahirlah sebuah hobi baru. Ternyata memang benar ada hobi bercocok tanam. Oleh karena benih matahari yang saya beli ternyata begitu banyak, saya putuskan untuk pergi ke Pasty, sebuah tempat dimana toko-toko tanaman hias berkumpul. Niat awal hanya membeli pot beberapa buah saja, berakhir dengan membeli segala macamnya; pot, media tanam dimana tanah, sekam, pupuk kandang, dan kompos sudah campur jadi satu, dan juga begitu melihat tanaman bunga krisan yang cantik, saya meleleh, akhirnya membawa pulang tanaman bunga krisan juga.

Sebenarnya ketika perjalanan menuju Pasty, saya melihat seorang bocah yang masih sangat kecil sedang berjualan koran seorang diri di tengah padatnya antrian lalu lintas. Saat itu rasa sedih menghampiri, sedih melihat diri sendiri yang membuang uang hanya untuk memenuhi nafsu hobi baru semata. Andai kata uang yang saya gunakan untuk membeli pot-pot nanti diberikan padanya bisa jadi sangat membantu hidupnya, meskipun tidak seberapa. Ada tekad yang diam-diam tumbuh dan harapan untuk hari-hari kedepan nanti, diri ini harus lebih pandai lagi dalam mengatur pengeluaran dan prioritas. Seringkali membatin, kenapa saya cuma bisa sekedar merasakan simpati, lalu menuliskannya? Kenapa saya tak melakukan sesuatu untuk mereka? Kenapa saya tidak melakukan sesuatu untuk merubah hidup mereka?

Di sisi lain, saya tengah butuh sesuatu dengan budget yang lumayan besar. Bisa dikatakan urgent karena berkaitan dengan hal-hal kedepan. Mungkin saya bisa membelinya sendiri, tetapi tidak ada salahnya juga jika bercerita pada orangtua. Ayah saya lalu mengatakan bahwa ia akan memberikan uang perjalanan dinasnya ke Poso minggu kemarin untuk memenuhi keinginan saya itu, alhasil saya nangis. Cengeng memang. Teringat pada status seseorang yang membuat saya menangis parah karena ia membuat capture percakapannya dengan sang Ayah dan kolom chat itu berketerangan last seen one year ago karena ayahnya sudah meninggal setahun yang lalu sehingga whats Appnya terbengkalai. Itu adalah ruang chat yang selalu ditengoknya meskipun ia tahu bahwa tidak akan pernah lagi ada balasan dari ayahnya. Ngetik ini jadi pengen nangis lagi, jadi pengen dipeluk. Kayaknya saya tipe perempuan yang senang dan merasa dicintai kalau dipeluk. Padahal inginnya itu merasa dicintai kalau nanti kita serumah lalu kamu bantu saya nyuci piring, jemur, dan hal-hal lain saat saya sedang kerepotan mengurus anak kita. Terus saja ngelantur, kematian lebih dekat dari segalanya, Nin, bukan jodoh.

Pokoknya Januari ini saya pikir saya bisa menabung lebih banyak karena rencananya jika libur saya cuma akan di tempat nenek saya, jadi uang untuk makan tidak keluar, utuh, bisa ditabung. Tetapi ternyata ada yang harus saya perjuangkan dari sekarang. Di saat orang lain reunian bertemu dengan teman lama dan keluarga tercinta, jalan-jalan di mall, liburan ke wisata ini-itu, saya justru harus mengambil kelas toefl privat yang berlangsung hampir setiap hari, evaluasi-penerangan-memahami-latihan soal, begitu terus. Saya memutuskan untuk memperjuangkan hari-hari kedepan mulai dari sekarang, karena kemungkinan akan berat jika terus menundanya. Skor toefl yang dibebankan kepada saya bukan main tingginya untuk orang macam saya, jadi saya memang bertekad untuk ikut kelas privat selama liburan ini.

Ingat saja bahwa dunia itu bukan tempat untuk tinggal, tetapi tempat untuk meninggal. Dunia itu tempat dimana kita masih bisa berusaha, berjuang, bekerja untuk Tuhan dan orang-orang yang kita sayangi. Di surga baru kita bisa istirahat sepuasnya. Aamiin YaaRabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar