14/02/19

Man's Mistakes that Hurts Woman


Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa tujuan tulisan ini dibuat adalah untuk menghimbau kepada laki-laki di luar sana untuk mengubah kebiasaan buruk mereka yang tampaknya sepele, tetapi ini sangat menyakitkan bagi kami, sebagai kaum hawa. Kebiasaan buruk yang paling sering dimiliki oleh pria adalah mulutnya kotor, kata-katanya kasar, omongannya dapat seketika membuat wanita yang berhadapan dengannya menjadi berkaca-kaca, berbalik arah, menyembunyikan air matanya. Bukan kami cengeng, tapi siapalah wanita yang tidak bergetar ketakutan dalam hatinya saat ada seorang pria yang memaki-maki dirinya?

Tulisan ini saya muat atas ketidakrelaan saya terhadap apa yang terjadi pada salah seorang sahabat saya. Sekali lagi bukan untuk menyudutkan kekasihnya di sini, saya ingin menghimbau kepada pria manapun yang membaca ini, tolong jangan sakiti wanita dengan kebiasaan burukmu berbicara kasar.

Meski berulang kali sahabat saya tetap membela kekasihnya di saat mata saya sudah berapi-api karena tidak ikhlas dia diperlakukan seperti itu. Tiga kesalahan kekasihnya yang sangat sulit untuk saya tolerir sekaligus membuat saya murka dan setengah ilfil; berkata-kata kasar, negative thinking, serta tidak bersedia menunggu. Semua kebaikannya menjadi tidak bernilai bagi saya, benar saja kata pepatah susu sebelanga bisa rusak hanya karena nila setitik.


Berkata-kata kasar

Suatu hari, kekasihnya pergi keluar kota, entah alasannya apa ketika itu ia menitipkan kunci kosnya pada sahabat saya. Kalau boleh menduga, barangkali sahabat saya punya urusan dengan barang yang ada di dalam kos kekasihnya sehingga ia harus memegang kuncinya. Kekasihnya berkata bahwa malam itu ia akan pulang, ia melarang sahabat saya untuk tidur sampai ia tiba untuk mengambil kunci kosnya. Namanya juga ketiduran, sahabat saya tidak sadar diri dan tidak melihat ponselnya, yaiyalah. Begitu ia bangun dan melihat ponselnya, untuk pertama kalinya ia terkejut karena mendapati isi chat yang diterimanya dari sang kekasih begitu kasar. Binatang anjing dan kotorannya segala dibawa-bawa. Dia shock dong, saya yakin waktu itu dia nangis.

Ternyata saat seseorang ditinggal tidur atau bahkan dibuat menunggu, kita bisa melihat watak aslinya seperti apa, heu. Cuma karena ditinggal tidur lalu chat lama dibalas dan telepon tidak diangkat, marahnya bisa sekasar itu, tidak terbayang kalau dihadapkan pada masalah yang lebih rumit lainnya. Hal miris lainnya adalah, lihat siapa yang dikata-katain itu, perempuan yang katanya kau cintai. Boleh saya bertanya, apa benar kamu mencintainya? Kau lebih mencintai ego-mu, deh, sepertinya.

Contoh paling mudah untuk mengetahui kebiasaan berbicara kasar ini adalah ketika tengah bersamanya dalam suatu kendaraan dengan posisi si pria yang menyetir mobil atau mengendarai motor. Ketika ada situasi di jalan yang tidak sengaja tidak terkontrol seperti para pengendara lain yang tidak mau memberi kesempataan kendaraan kami untuk berbelok sehingga kendaraan kami nyaris menabraknya atau ketika ada pengendara lain yang memberi lampu sen mendadak dan berbelok secara tiba-tiba. Si pria yang tengah bersama kita ini pasti spontan terkejut. Responnya memang berbeda-beda, tetapi yang paling sering keluar dari mulut mereka adalah umpatan, cacian dan sumpah serapah padahal toh si pelaku yang membuat amarahnya meledak juga sudah pergi entah kemana, sementara pria ini terus saja megumpat sepanjang jalan. Pria berjenis seperti ini bisa membuat mood wanita yang bersamanya menjadi buruk. Tidak peduli dia sedang bersama saiapa, karena reaksinya meruakan kebiasaannya, dalam situasi ini bersifat spontan. Kalau pun ia bisa menahan ucapan kasarnya karena semisal sedang menyupiri bapak presiden, bisa jadi ia menahan umpatan dan hanya memaki dalam hati.

Dulu, pada suatu hari saya pernah tengah berada di lampu merah. Karena hendak berbelok kiri dengan peraturan belok kiri jalan terus, semua pengendara harusnya langsung berbelok. Sayangnya ada seorang pendendara motor yang mengantre di lampu merah dan menutupi laju jalan mobil yang hendak berbelok kir itui. Saya pikir mobil ini akan mengklakson keras seperti kebanyakan mobil lainnya. Ternyata si pengendara mobil membunyikan klakson dengan nada pelan. Belum juga minggir si pengendara motor, pengendara mobil mengklakson pelan lagi. Teman-teman bisa deh rasakan bedanya, saat seseorang mengklakson dengan begitu pelan, dibandingkan dengan klakson yang membentak dan membuat kaget. Tetapi, si pengendara motor belum juga minggir, pengendara mobil mengklakson lagi sampai klaksonnya yang begitu pelan membuat suatu irama yang terus menerus. Entah mengapa, antrean motor di belakangnya juga membunyikan klakson dengan pelan sampai-sampai nadanya mengikuti irama klakson mobil itu. Jadi, saya menyimpulkan cara si pengendara mobil menegur motor tersebut begitu halus, dan waktu itu saya juga berpikir si pengendara mobil ini sepertinya orang yang sabar. Saya membatin, “Jika pengendaranya laki-laki, saya jatuh cinta, deh!” Ya, waktu itu memang selebay itu. Meski seiring berjalannya waktu, saya banyak menemukan kasus serupa di lampu merah, tetapi banyak pula mobil-mobil yang justru tidak memberi klakson dan dengan sabar menunggu lampu hijau meski mereka hendak berbelok kiri yang artinya bisa jalan terus, di kebanyakan peraturan lampu merah.


Negative Thinking

Suatu malam, lagi-lagi sahabat saya ini ketiduran. Ya to Mas, Mbok kalau cewenya ngantuk itu dipahami, ojo nesu terus. Sialnya, dia ketiduran saat ponselnya masih membuka ruang chat dengan kekasihnya sehingga semua chat dari kekasihnya itu masuk dan terbaca padahal sahabat saya itu sudah tertidur. Esok paginya, semua chat itu di-delete oleh kekasihnya. Sahabat saya bingung, ini ada apa?
“Kenapa?” tanyanya. Kekasihnya menjawab, “aku tuh tadinya mau nanya, eh malah cuma di-read.”
Ya ampun! Pengen ngejitak, deh! Saya saja tuh kalau lagi tidak mood balas chat, ya sudah cuma saya baca, balasnya nanti. Apa lagi kalau nanya nya tidak penting-penting amat. Hey, saya juga lihat tingkat kedaruratannya. Bahkan kalau tidak perlu dibalas, ya tidak usah. Bahkan kadang banyak orang yang lupa kalau sudah baca pesan, karena lagi riweh mau balasnya nanti, tapi malah lupa. Wajar! Manusiawi!


Tidak Bersedia Menunggu

Poin yang ini termasuk hal kecil yang memang berdampak besar. Saya tahu, semua orang tidak suka dibuat menunggu, tetapi banyak hal-hal baik yang justru bisa terjadi jika kita mau bersabar untuk menunggu. Betul tidak?

Masih yang terjadi pada sahabat saya, kekasihnya ini tidak suka menunggu, bahkan menunggu kekasihnya sendiri. Ya ampun, saya pikir jika sudah sayang, hal sekecil hingga sebesar apapun seseorang akan rela mengorbankan, well, ingin tertawa sejenak, inikah yang dinamakan bucin?

Tetapi, berbeda halnya jika dalam hal ini yang menjadi persoalannya hanya menuggu barang sebentar karena kakasihnya masih ada urusan, tetapi dengan jahat ia mengancam sahabat saya itu, “Buruan, ya! Kalau lama, aku tinggalin beneran!” dan kata sahabat saya, ya memang kenyatannya dia bisa beneran ditinggalkan sama kekasihnya, oleh karena itu ia selalu terburu-buru, perlu berlari-lari kecil supaya tidak ditinggalkan. Tega banget bikin ngos-ngosan.

Di sisi lain, saya memiliki seorang teman pria. Dia baik pada saya tanpa dilandasi perasaan apa-apa karena jelas-jelas dia memang orangnya baik. Meski orangnya disiplin waktu, dia tetap rela menunggu saya yang setiap janjian bertemu seringnya terlambat. Bahkan, ia seringnya menawari untuk menjemput saya, bila lokasi tujuan acara kami itu sama, sementara saya tidak tahu letak tempatnya. Perlu teman-teman ketahui, saya dan dia beda motor. Dia juga rela melambatkan laju motornya agar saya tidak tertinggal jauh di belakang. Orangnya tidak bawel, tapi enak diajak diskusi apapun nyambung, easy going, gampang terima ajakan, dan sering membantu kalau ada pembagian tugas komunitas. Saking takjubnya dan jarang banget menemukan pria-pria tanpa banyak alasan kayak dia sampai-sampai saya semprot lewat chat,” Mas, kamu kok bisa sih langsung ngeiya-iyain aja?!” Waktu itu saya tahu karena saya baca di grup, dia menyepakati untuk menjadi perwakilan komunitas kita ke Bandung waktu itu. Tanpa ba-bi-bu, dia langsung iya iya aja di grup. Waktu itu dia jawab, “ya iya, tinggal iyain aja toh?” Dari dia, saya belajar bahwa ya kalau mau jadi orang baik ya tidak banyak mengeluh, menawarkan bantuan, tidak banyak alasan, sabar, apa lagi cuma nunggu teman sendiri. Ah, terima kasih banyak, Mas!

Karakter seseorang yang sering berkata kasar atau memperlakukan orang lain dengan kasar, penyebabnya juga ada beberapa faktor. Salah satunya seperti pelajaran yang ada dalam film Posesif bahwa tokoh pria utama yang diperankan oleh Adipati Dolken itu memiliki sifat posesif yang tinggi karena berasal dari latar belakang keluarganya, dimana sang ibundanya dalam film tersebut juga memiliki sifat posesif yang tinggi dan sifat ini menurun pada si anak. Bahkan, dalam film tersebut si anak akhirnya mengetahui alasan sang ibu diceraikan oleh ayahnya, yaitu karena sifat posesif yang berlebihan yang ada pada diri ibunya sendiri sehingga membuat pasangannya tak nyaman. Namun, di sisi lain, jangan pula menghakimi seseorang dengan mengatakan, “orang tua kamu nggak mendidik kamu, ya?! Orangtua macam apa orangtua kamu itu?!” kita berbicara seperti itu sementara kita tidak tahu apa-apa tentangnya. Nyatanya banyak sekali para orangtua yang baik  hati dan bahkan sudah mengajari anak-anak mereka tentang tata krama tetapi pergaulanlah yang merusak anak-anak mereka, rasanya kalau seperti ini betapa tega seorang anak mengkhianati kepercayaan orangtua mereka yang sudah mengijinkan mereka merantau, mengejar mimpi, dan melakukan hal lainnya tanpa dikekang, tanpa terlalu dibatasi tetapi sang anak justru tak pandai mencari pergaulan yang baik lantas justru mencoreng nama baik kedua orangtuanya, lalu secara sok tahu masyarakat ramai-ramai mengatai bahwa orangtua mereka tak becus mendidik anak-anak mereka. Masih mending jika ada memang orangtuanya, bagaimana setelah kita berkata, “orang tua kamu nggak mendidik kamu, ya?! Orangtua macam apa orangtua kamu itu?!” ternyata sang anak sudah yatim piatu bahkan mungkin sebatang kara tak punya sanak saudara. Ah, betapa mudahnya mata melihat dan hati menilai, tanpa otak berpikir mungkinkah ada kisah dibalik semua yang kita saksikan ini?

Sebagaimana yang diceritakan oleh dosen filsafat saya, ketika beliau masih muda dulu pernah diminta menangani anak-anak sekolah dasar yang sudah berani merokok, masih sekolah dasar! Dosen saya itu kemudian meminta semua alamat rumah dari anak-anak tersebut. Ketika beliau mencari dan mengeceknya satu persatu, pantas saja anak-anak mereka seperti itu, rupanya bapak-bapak mereka adalah preman bahkan dosen saya juga menemukan salah satu orangtua dari siswa sekolah dasar yang merokok itu tengah dalam keadaan mabuk-mabukan di rumahnya! Yap, di zaman dosen saya masih muda dulu, di daerah Yogyakarta banyak terjadi penusukan yang dilakukan oleh preman bahkan seorang perwira yang merupakan anak dari polisi pun menjadi korbannya, beberapa tahun belakangan juga marak kembali dengan nama klitih.

Oh iya, saya sebagai perempuan juga perlu banyak belajar lagi, kok. Saya juga banyak sekali kurangnya, masih egois pada banyak hal, tetapi setidaknya saya lega karena telah menuliskan ini karena dalam hidup saya pun saya tidak lepas dari menerima makian kasar dari orang terdekat saya. Maaf, jika yang saya tulis perihal kekasih sahabat saya, mungkin seperti halnya perkataan sahabat saya yang membuat hati saya teriris, “makin ke sini, aku jadi makin terbiasa, kok.” Sama halnya yang terjadi pada hidup saya, saya juga sudah terbiasa dikata-katai oleh ‘orang terdekat’ saya. Sejak terbiasa itu, saya bertekad untuk tidak menangis lagi saat dimaki olehnya, meski harus dengan cara pura-pura tuli atau mengalihkan pembicaraan yang seringnya bertambah murkanya dan saya mendapati kembali mata saya berkaca-kaca, saat itu ingin berkata, “memangnya saya tidak boleh salah?!” Iya, seringnya saya dimaki waktu saya berbuat salah atau bertindak bodoh. Toh, padahal saat saya bertindak bodoh saya juga tahu dan siap dengan segala risikonya. Emang nasib kurang beruntung, sebab tindakan bddoh saya ketahuan olehnya.

Cukup, terima kasih teman-teman. Saya terbuka jika ada teman-teman yang mau bercerita persoalan karakter manusia yang bermacam-macam. Hal-hal yang kita lihat dan dapatkan berbeda-beda, jika yang saya tulis tidak terjadi dalam hidupmu, percayalah bahwa hal ini bisa terjadi pada orang-orang di sekitarmu bahkan orang-orang terdekatmu. Pergunakanlah kedua telingamu untuk mendengarkan kisah mereka agar mereka tak merasa memendam sendirian, ada telinga kita yang menyediakan ruang untuk mereka bercerita. Selamat menjadi pendengar yang membaca!

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Terima kasih telah mengingatkan saya dan kamu Adam lainnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Kak. :)

      Btw, itu typo ya? Kaum Adam, ya.. :)

      Hapus
  3. Saya sangat sering misuh, tapi saya lebih seringnya misuh terhadap keadaan, ke orang jarang2, hanya kepada teman yang memang sudah kenal siapa saya. Tapi kalau kepada wanita seingat saya belum pernah. Karena saya sendiri merasa aneh kalau ada wanita misuh, makanya sebisa mungkin saya tidak misuh kepada wanita.

    BalasHapus