Mobilku
berhenti tepat di depan sebuah kafe. Sosok kecil dan imut yang dulu kukenal itu
sudah duduk tenang menungguku di salah satu kursi kafe. Ia terlihat
memperhatikanku dari kursinya. Mungkin ia sedikit terperangah, langganan
ojeknya dulu kini telah menjadi seseorang yang berani membawa mobil sendiri.
Kini,
dia nampak tak imut seperti dulu, tetapi dia memancarkan pesonanya yang lain.
Ketampanannya tak berubah. Raut alisnya yang tak biasa, hidung mancungnya, dan
bibirnya yang sedikit menghitam, sebab ia seorang perokok. Tubuhnya tegap tak
terlalu berisi, namun lekuknya benar-benar seperti memamerkan otot-ototnya,
meski sekarang ia tengah menggunakan jas rapi. Tinggiku dengannya hampir sama,
hanya saja dirinya lebih tinggi beberapa centimeter.
Awalnya
tak pernah di benakku muncul kata “imut” untuk dirinya. Tetapi, suatu kali
ketika kami tengah berboncengan, iya, dulu dia sempat menjadi tukang ojekku,
aku berteriak, “Lu kurus banget!” teriakku.
“Hah?
Gue bukan kurus! Gue imut!” protesnya.
“Gue
enggak suka cowok kurus! Enggak enak dipeluk!” gurauku.
“Alah,
sekarang cewek enggak ngeliat muka sama body, asal dompet tebel, cewek pasti
mau.” Ujarnya dengan pede.
“Tapi,
gue bukan cewek kayak gitu!”
“Ih
yaudah sih, yang penting dompet gue tebel. Ingat ya, gue imut bukan kurus!”
“Iya
iya, avatar lu nipu banget! Ototnya gede banget! Itu kan efek kameranya aja,
aslinya kerempeng lu!”
“Namanya
juga fotografer, bermain dengan efek.”
Ya,
meski kami kala itu baru duduk di kelas 2 SMA, ia berpenghasilan sendiri
sebagai seorang fotografer, makanya ia selalu percaya diri mengatakan bahwa
dompetnya tebal.
Dia
masih memperhatikanku sampai kami berhadapan. Dia tersenyum tipis.
“Hai
mba, lu udah banyak berubah. Makin kece , apa lagi sekarang udah jadi hijabers
gitu.”
“Hai
bang, lu juga, alisnya makin badai aja. Berandalan kok pakai jas?” ledekku.
“Emang
enggak boleh? Gue kan pebisnis profesional, cuy.”
Pamernya.
Ya,
dulu ia adalah seseorang yang kukenal seperti berandalan, amat nakal. Selama
aku berteman dengannya, aku hanya mendapat kesan polos dari sikapnya. Tetapi,
suatu hari aku menemukan akun instagramnya. Dari sanalah aku mendapatkan kesan
nakal. Berbagai macam fotonya dari mulai yang ditindik memakai anting-anting di
telinganya layaknya preman, lalu menggunakan tato meskipun bukan yang permanen,
hingga posenya yang terbanyak adalah ketika ia tengah merokok. Tak
tanggung-tanggung fotonya bersama mantan kekasihnya juga ada di sana. Mereka
berpose berpelukan, berciuman, dan saat itulah aku merasakan jijik dan ilfeel
yang amat sangat, meski harus kuakui gadis yang bersamanya itu amat sangat
cantik.
“Gila
lu, anaknya orang udah lu apain?!”
“Biasa
aja keles, pasti lu belum pernah begitu, kan? Makanya lu norak..”
“Lu
kali yang kagetan sama yang namanya gaul! Salah gaul lu!”
“LU
YANG NORAK!”