25/05/17

[Catatan Untuk Diri Sendiri] : Menjaga Apa yang Dijaga



Orang-orang punya bagian dalam hidupnya yang ia rahasiakan. Orang hanya bisa menilai kamu dari luar kamu, dari apa yang kamu tampilkan. Mungkin kamu yang jalan-jalan terus, kamu yang foya-foya terus. Mereka tidak bahwa mungkin saja kamu menabung dan sudah merencanakan itu semua, mereka tidak tahu kesibukan kamu, kepenatan kamu, mereka tidak merasakan perasaan tertekan seperti yang kamu alami. Mereka tidak tahu kehidupan yang kamu jalani. Mereka bahkan mungkin tidak tahu perencanaan kamu pada lima tahun yang lalu.

Bahkan mereka sok tahu menebak-nebak orang yang berada di dalam hatimu. Orang yang mungkin namanya kau sebut dalam doamu. Orang-orang menyuruhmu berhenti bertingkah, siapa yang bertingkah? Siapa yang membawa-bawa nama perasaan? Apa orang-orang itu berpikir dalam hidupmu kau sempat melakukan hal remeh-temeh seperti itu?

Mereka tidak tahu bagaimana seseorang memendam amarahnya karena mereka telah mencampuri urusannya. Mengoyak-oyak pribadinya, mengganggu privasinya. Mereka mencoba menggali-gali rahasia kamu di depan matamu. Tetapi, mereka tidak lekas paham juga bahwa matamu tengah menentang mereka.

Beberapa orang mengatakan bahwa jangan salahkan seseorang yang jatuh cinta, jatuh cinta membuatnya wajar menggali-gali semua hal tentangmu.

Lalu, bagaimana bila orang yang kau cintai itu benci untuk kau cari tahu tentangnya? Jangan salahkan ia bila kau berakhir dengan dibenci olehnya. Kau tak pernah tahu bagaimana ia saat tengah murka. Benci bisa berubah menjadi cinta? Tolong jangan membercandaiku dengan kalimat seperti itu.

Kata Mas Gun di dalam bukunya, jika ia benar spesial, mengapa namanya begitu mudahnya kau umbar-umbar? Kau sebut di antara pembicaraanmu dengan orang-orang? Bukankah jika spesial, seharusnya kau begitu hati-hati menyebut namanya, tidak menyebut namanya pada sembarang tempat?

Dan saya yang sulit sekali untuk marah dan membenci orang, dari waktu ke waktu mulai memahami diri saya sendiri. Manusia butuh proses bahkan dalam memahami karakter jiwanya sendiri.

Terimakasih, sekali lagi kamu berhasil membuat saya murka dan melahirkan tulisan ini.

6 komentar: