Sebuah kisah ini
datang dari seorang dosen saya. Sebut saja namanya Ibu Indah. Beliau berkawan
dengan Ibu Trisna dan Ibu Jihan.
Mereka diberi
kepercayaan mengandung buah hati di waktu yang bersamaan. Ibu Indah adalah yang
memiliki usia kehamilan paling muda dibandingkan dua dosen lainnya, Ibu Trisna
dan Ibu Jihan. Ibu Trisna, selain menjadi teman sesama dosen meski di fakultas
yang berbeda, beliau juga merupakan tetangga Ibu Indah yang mana rumahnya
selalu Ibu Indah lewati ketika beliau mau pergi.
Sementara itu,
Ibu Jihan adalah dosen di fakultas yang sama, menjadi teman ngidam berbarengan,
teman makan siang bersama, dan tempat berbagi hal lainnya. Ibu Jihan merupakan
dosen senior dengan pendidikan yang lebih tinggi dibanding dosen lainnya,
selain itu beliau hamil anak ke-empat, tiga anak pertamanya adalah berjenis
kelami laki-laki, beliau berharap anak ke-empatnya ini adalah perempuan.
Berbeda dengan Ibu Indah yang bertahun-tahun menikah, mengalami tiga kali
keguguran, dan kini menjadi awal hamil kembali yang nantinya sang bayi akan
menjadi anak pertamanya.
Manusia hanya
bisa menjalani apa yang Allah telah tetapkan dalam garis kehidupan. Ketiga dosen
tersebut tentunya berharap dapat menyelamatkan bayi serta diri mereka sendiri,
namun dua di antara ketiga dosen tersebut menghembuskan nafas terakhirnya.
Ibu Jihan
meninggal dunia, namun bayinya selamat. Bayinya perempuan, seperti yang
diimpikannya. Sementara itu, bayi Ibu Trisna tidak terselamatkan, lalu selang
dua minggu kemudian beliau meninggal dunia menyusul bayinya.
Apa teman-teman
bisa membayangkan perasaan Ibu Indah? Saat-saat menjelang kelahiran anak
pertamanya diterpa dua kabar duka sekaligus. Beliau panik, cukup depresi
menerima kenyatan kedua temannya telah meninggal dunia. “Oleh karena itu, saya
memutuskan untuk menulis untuk membuat diri saya menjadi relax.” Ujarnya kala
itu.