Kemarin itu, hidup saya kembali
dilanda kecemasan, penuh sedikit drama dan tangis yang terkesan dipaksakan.
Saya cemas tapi sebenarnya saya tidak bisa menangis karena saya tahu ini bukan
saatnya untuk menangis hanya karena ada satu mimpi yang berkemungkinan untuk
tertunda.
Bagaimana saya tidak cemas, jikalau
satu mimpi yang mungkin tertunda itu mampu menggeser letak mimpi-mimpi lainnya.
Kadang saya lupa, bahwa saya pernah menulis tentang porsi kebahagiaan tiap
orang yang berbeda-beda. Seorang teman yang konyol sampai berkata, “mimpi yang
tercapai ini lebih berharga dari kasih sayang 1000 lelaki.” Kira-kira ia menghiperbolakannya
seperti itu, sebab saya dan dia tengah mengejar mimpi yang sama, yang bagi
sebagian orang itu hal yang mudah, tetapi bagi saya dan dirinya ini tak semudah
itu.
Sampai di tengah kecemasan, saya tidak
sengaja membuka sebuah buku lama. Di halaman paling depan ada sebuah sticky
notes dengan sebuah catatan di dalamnya. Rupanya saya pernah mencatat sebuah
kalimat yang pernah ayah saya katakan pada saya. Beliau pernah berkata lewat
chat, “Please be happy :) You have all
what you want. Thanks to Allah, you’ll be success, where there is a will there
is way.”
Iya, beliau benar, bahwa saya sangat
mungkin mampu mendapatkan semua yang saya mau. Sebenarnya, itu hanya sebuah
kalimat agar saya terus optimis untuk semua mimpi saya dan segala harapan saya.
Ayah saya tidak ingin melihat saya jatuh menangis, tetapi juga tak akan menekan
saya untuk tergesa mewujudkan mimpi. Tetapi, jika saya bahagia, beliau dan Ibu
sayalah yang menjadi manusia paling berbahagia melebihi kalian semua yang berbahagia
atas saya.
Dan memang dasar saya! Perempuan
dengan segala emosi dan perasaan yang tak menentu. Kadang bahagia teramat
sangat, kadang pula kecewa teramat sangat.
Jadi, saya menulis ini untuk semua
orang yang telah mendoakan yang baik-baik untuk saya. Terima kasih banyak, saya
di sini baik-baik saja, bahagia-bahagia saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan,
karena toh benar apa kata ayah saya, saya bisa mendapatkan apa yang saya
inginkan, semoga begitu. Bukanlah atas sebuah kesombongan saya menulis ini,
sungguh bukan. Maka sedang apakah saya menulis ini? Saya sedang menstransfer energi
positif untuk diri saya sendiri yang semoga nantinya dengan energi tersebut saya
mampu menebarkannya pula pada kalian semua. Pokoknya katakan saja yang
baik-baik untuk diri sendiri! Jika bisa memuji orang lain, mengapa sulit memuji
diri sendiri?
Kalimat ayah saya itu juga sebuah
doa untuk anak-anaknya, dengan harapan semoga beliau senantiasa bisa mencukupi
hidup keluarganya, dan saya sendiri mampu tumbuh dengan mandiri dan mewujudkan
setiap impian. Dengan beliau berkata seperti itu, betapa besarlah rasa
percayanya bahwa saya mampu. Jika mereka percaya bahwa saya bisa, mengapa saya terus
mengecewakan diri sendiri dengan mengatakan bahwa saya tidak bisa, maka tentu
saja saya bisa!
Saya tidak akan bermain-main lagi
dengan kalimat baik. Mulai sekarang, saya ingin menulis setiap kalimat,
sedetail dan seteratur mungkin, tentang perjalanan dan mimpi-mimpi saya ke
depannya, supaya Allah lihat, malaikat lihat, dan diri sendiri mengingatnya.
Bismillah untuk segala rencana baik ke depannya. Saya minta tolong kepada Allah
untuk semua hal yang terlibat dengan perjalanan hidup saya, semoga tidak
melakukan hal yang mengecewakan.
Di suatu tempat, saya pernah
menemukan sebuah tulisan, bahwa berusahalah untuk mulai mengatakan hal-hal baik
untuk diri sendiri. Lihat cermin di depanmu, puji dirimu, katakan yang
baik-baik untuk dirimu, mulai transfer energi positif untuk dirimu, berikan
hal-hal yang baik untuk dirimu, lakukan juga yang terbaik untuk diri dan
hidupmu! Saya doakan, semoga senantiasa beruntung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar