10/10/19

Transfer Energi Positif


Kemarin itu, hidup saya kembali dilanda kecemasan, penuh sedikit drama dan tangis yang terkesan dipaksakan. Saya cemas tapi sebenarnya saya tidak bisa menangis karena saya tahu ini bukan saatnya untuk menangis hanya karena ada satu mimpi yang berkemungkinan untuk tertunda.

Bagaimana saya tidak cemas, jikalau satu mimpi yang mungkin tertunda itu mampu menggeser letak mimpi-mimpi lainnya. Kadang saya lupa, bahwa saya pernah menulis tentang porsi kebahagiaan tiap orang yang berbeda-beda. Seorang teman yang konyol sampai berkata, “mimpi yang tercapai ini lebih berharga dari kasih sayang 1000 lelaki.” Kira-kira ia menghiperbolakannya seperti itu, sebab saya dan dia tengah mengejar mimpi yang sama, yang bagi sebagian orang itu hal yang mudah, tetapi bagi saya dan dirinya ini tak semudah itu.

Sampai di tengah kecemasan, saya tidak sengaja membuka sebuah buku lama. Di halaman paling depan ada sebuah sticky notes dengan sebuah catatan di dalamnya. Rupanya saya pernah mencatat sebuah kalimat yang pernah ayah saya katakan pada saya. Beliau pernah berkata lewat chat, “Please be happy :) You have all what you want. Thanks to Allah, you’ll be success, where there is a will there is way.”

Iya, beliau benar, bahwa saya sangat mungkin mampu mendapatkan semua yang saya mau. Sebenarnya, itu hanya sebuah kalimat agar saya terus optimis untuk semua mimpi saya dan segala harapan saya. Ayah saya tidak ingin melihat saya jatuh menangis, tetapi juga tak akan menekan saya untuk tergesa mewujudkan mimpi. Tetapi, jika saya bahagia, beliau dan Ibu sayalah yang menjadi manusia paling berbahagia melebihi kalian semua yang berbahagia atas saya.

Dan memang dasar saya! Perempuan dengan segala emosi dan perasaan yang tak menentu. Kadang bahagia teramat sangat, kadang pula kecewa teramat sangat.

Jadi, saya menulis ini untuk semua orang yang telah mendoakan yang baik-baik untuk saya. Terima kasih banyak, saya di sini baik-baik saja, bahagia-bahagia saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena toh benar apa kata ayah saya, saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, semoga begitu. Bukanlah atas sebuah kesombongan saya menulis ini, sungguh bukan. Maka sedang apakah saya menulis ini? Saya sedang menstransfer energi positif untuk diri saya sendiri yang semoga nantinya dengan energi tersebut saya mampu menebarkannya pula pada kalian semua. Pokoknya katakan saja yang baik-baik untuk diri sendiri! Jika bisa memuji orang lain, mengapa sulit memuji diri sendiri?

Kalimat ayah saya itu juga sebuah doa untuk anak-anaknya, dengan harapan semoga beliau senantiasa bisa mencukupi hidup keluarganya, dan saya sendiri mampu tumbuh dengan mandiri dan mewujudkan setiap impian. Dengan beliau berkata seperti itu, betapa besarlah rasa percayanya bahwa saya mampu. Jika mereka percaya bahwa saya bisa, mengapa saya terus mengecewakan diri sendiri dengan mengatakan bahwa saya tidak bisa, maka tentu saja saya bisa!

Saya tidak akan bermain-main lagi dengan kalimat baik. Mulai sekarang, saya ingin menulis setiap kalimat, sedetail dan seteratur mungkin, tentang perjalanan dan mimpi-mimpi saya ke depannya, supaya Allah lihat, malaikat lihat, dan diri sendiri mengingatnya. Bismillah untuk segala rencana baik ke depannya. Saya minta tolong kepada Allah untuk semua hal yang terlibat dengan perjalanan hidup saya, semoga tidak melakukan hal yang mengecewakan.

Di suatu tempat, saya pernah menemukan sebuah tulisan, bahwa berusahalah untuk mulai mengatakan hal-hal baik untuk diri sendiri. Lihat cermin di depanmu, puji dirimu, katakan yang baik-baik untuk dirimu, mulai transfer energi positif untuk dirimu, berikan hal-hal yang baik untuk dirimu, lakukan juga yang terbaik untuk diri dan hidupmu! Saya doakan, semoga senantiasa beruntung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar