09/06/21

#13 Menemukan Mentari

Source: Tumblr/cottageaesthetic

Demamnya sudah turun. Mentari kembali beraktivitas. Kali ini, ia sedang senang-senangnya mengurus blog barunya. Blog khusus semacam foto-foto tematik. Foto-foto perjalanannya ke berbagai tempat. Foto-foto absurd. Foto-foto yang menjadi bukti kemana kaki-kakinya pernah melangkah. Setiap fotonya ia berikan keterangan lokasi. Mentari puas dengan satu kesibukannya ini. Blog ini termasuk satu dari beberapa blog rahasia yang dimilikinya. Barangkali hanya dia seorang yang berkunjung. Mentari tidak follow siapapun dan tidak menyebarkan hastag apapun. Ia ingin menikmati dirinya sendiri di dalam sebuah tempat dimana ia merumahkan perjalanannya.

Dengan iseng, ia mencari sebuah tempat kesukaannya melalui sebuah hastag. Satu nama kota terlintas. Kota yang damai. Magelang. Kota yang pernah menjadi tempatnya berpulang. Ia menelusuri linimasa tersebut. Memandangi hasil jepretan orang-orang yang mengabadikan kota Magelang dari berbagai sisi.

Sejenak Mentari terdiam. Di hadapannya ada sebuah foto yang membuatnya berhenti. Ia berpikir. Adalah sebuah foto dengan caption, “beautiful Magelang with a beautiful person.”

Bukan captionnya yang membuatnya terdiam, tetapi foto itu sendiri. Seorang perempuan duduk memandangi langit di tengah sawah, di bawah sebuah saung yang diteduhi sebuah pohon pepaya.

Perempuan yang duduk itu, sangat tidak asing. Ada kepanikan di dalam kepalanya. Jari-jarinya bergerak cepat, mencari-cari file yang entah apa. Hingga beberapa saat kemudian jari-jarinya berhenti. Sesuatu itu telah ditemukan. Dicocokkannya dengan foto tersebut. Dirinya sendirilah yang pernah datang ke tempat itu, menggunakan pakaian itu, duduk di pinggir saung kecil itu, menatap langit dengan cukup lama, menghirup udara persawahan sehabis mendung.

Mentari menarik nafas panjang, menghembuskannya, berkali-kali hal itu dilakukannya. Ia melirik nama pemilik blog itu. Saddam Samudra.

Mendadak tubuhnya gemetar hebat, dadanya sesak, air matanya runtuh. Pikirannya semakin kacau, hatinya dibuat bertanya-tanya.

Apakah Saddam Samudra di dunia ini hanya satu? Apakah benar Saddam Samudra yang memotret Mentari di area persawahan sore itu? Mengapa Mentari tidak menyadari kehadirannya yang sedekat itu? Ataukah Saddam Samudra berjalan mengendap-endap mengikutinya? Tetapi mengapa ia harus lakukan itu? Apa yang membuatnya tidak pernah berani muncul di hadapan Mentari? Apa karena luas samudra yang tak mampu menampung sinar matahari? Kalau begitu bukankah ia bisa memberikan langit yang tak ada ujungnya itu untuk Mentari?

Sam, kaukah yang memotretku waktu itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar