Keluarlah, lihatlah
ke jalan-jalan. Lihatlah mereka yang pandangannya sengsasa tengah duduk bersama
gerobak-gerobak mereka, gerobak-gerobak yang berisi barang-barang bekas yang
semoga saja masih bisa diuangkan atau berisi anak kecil mereka yang tertidur
pulas tak peduli bahwa sebentar lagi mungkin hujan turun dan membasahi wajahnya
perlahan, lalu seluruh tubuhnya.
Keluarlah, dan
saksikan kepahitan hidup mereka yang tak mengerti makna pulang, mereka yang tak
pernah pulang karena tak ada rumah bagi mereka, mereka yang bahkan tak tahu
dimana orangtua mereka bahkan sejak mereka lahir di dunia, mereka yang merasa
aman hanya dengan tidur beralaskan kardus usang dan berbantalkan batu-batu.
Atau kau ingin lihat
hal nyata lainnya? Lihatlah para orang-orang bergelimangan harta itu. Mereka
mungkin pulang, akan tetapi makna pulang tak mereka temukan. Sebab, rumah yang
mereka singgahi tak pernah benar-benar membuat mereka ingin pulang. Tak pernah
benar-benar memberi mereka rasa nyaman. Sebab, cinta telah menguap dari
jendela-jendela besar rumah penuh kaca itu, sebab waktu-waktu yang mereka punya
tersita untuk membangun megahnya istana di dunia itu.
Mereka tak
pernah benar-benar pulang.
Mereka hanya
terlihat seperti pulang.
Jadi, keluarlah.
Ada langit yang
ingin ditatap olehmu.
Ada mentari yang
menunggu bayangmu di ujung jalan.
Ada burung yang
nyanyiannya ingin didengar olehmu.
Ada arakan awan
yang ingin menyerupai wajahmu.
Ada dia yang tak
berhenti memikirkan kabarmu,
Berharap kau
baik-baik saja dan tengah menatap langit yang sama.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus