Ramadhan kali
ini benar-benar berbeda. Jadwal UAS yang bersamaan dengan berlangsungnya bulan
Ramadhan hampir-hampir membuat target Ramadhan kacau ditambah kondisi kesehatan
yang drop banget dan ada sedikit problem internal di saat menjelang akhir
Ramadhan. Alhasil, dua jerawat ganas sekaligus muncul dan membuat orang-orang
di sini bertanya-tanya tentang saya yang jarang jerawatan ini. Lalu, saya menjawab
dengan senyum sinis dan membatin bahwa mereka tidak tahu saja seperti apa saya
waktu zaman sekolah dulu. Lah, sekarang memang zaman apa, Nin? Tuh kan,
diingati lagi bahwa usia semakin bertambah saja tetapi merasa masih seperti
itu-itu saja. Zaman sekolah dulu, seperti remaja kebanyakan yang tengah
melewati tahap pubertas, para jerawat berlomba-lomba untuk menetas di tempat
sesuka mereka di wajah.
Belum lagi
proposal yang ini belum kelar-kelar, proposal yang itu mengalami penolakan.
Awal Ramadhan terpaksa saya cancel beberapa project karena waktu yang saya
punya terbatas, waktu yang saya punya tidak menyanggupi. Dan kalau boleh jujur,
benci sekali saya ketika ada pesan yang masuk dan bertanya “lagi ngapain?”
langsung saya tidak balas. *Oh kejamnya Nina* Postingan saya juga jadi
terlambat, diposting lewat dari jatuh temponya. Maafkeun, nggih. But, welcome
to Holiday, yeaaaayyyyy! Libur sampai pertengahan September, siap-siap menyusun
rencana traveling alias sebuah rencana perayaan untuk melampiaskan segala rasa
yang sudah menyesakkan dada.
Alhamdulillahnya
saya punya seorang ibu yang mau mendengarkan curhat saya lewat ponsel selama
kurang lebih dua jam. Sepanjang malam itu saya nangis. Terus, saya dengar di
sana adek saya meledek saya, “Ih masa kakak menangis. Kakakku menangis..
HAHAHA.” KZL tapi jadi ketawa waktu dikatain kayak gitu.
Besoknya sebelum
terbang untuk pulang ke Sulawesi, ayah saya menyempatkan diri untuk bertemu
dengan saya dan mendengar keluh kesah saya selama satu jam. Tumben sekali. Ini
beneran tumben. Jadi dibalik ini semua ada cerita.
“Perlu banget
ketemu?” begitu kata ayah saya lewat chat whats App. Dari nadanya sudah
ketahuan, deh. Yaudah saya jawab,”nggak usah.” Sebenarnya saya juga tidak tahu
mau ngapain kalau ketemu, cuma akan merepotkan ayah saya. Tapi, di sisi lain
mood saya lagi kacau, kesehatan saya lgi drop banget, saya butuh untuk melihat
wajah ayah saya, butuh untuk cium tangannya, udah itu aja. Saya cuma butuh
energi dari kehadirannya, dari suaranya, dari tatapanya memandangi saya.
Akhirnya
besoknya saya tidak mengharapkan kedatangannya. Siang itu, saya lagi tidur
siang. Tiba-tiba teman saya membangunkan. Malas sekali. Saya pura-pura tidak
berkutik saja. Tapi, akhirnya dia bilang bapak saya ada di luar gerbang. Saya
langsung loncatlah. So Surprised!!!
Energi saya sudah datang! Energi itu adalah ayah saya sendiri. Ayah dan ibu
saya adalah kekuatan terbesar saya, motivasi dibalik segala motivasi!
Ya, tulisan di
atas adalah contoh keluhan seorang mahasiswi yang merasa paling sibuk sedunia
padahal tidak ikut organisasi apapun di kampusnya bahkan sudah menjadi anggota
non-aktif di beberapa ukm yang sempat menarik perhatiannya. Buku yang
ditulisnya pun tidak kunjung usai diedit. Dan masih banyak hal lain yang belum
tercapai melebihi batas target waktunya.
Beberapa waktu
setelah itu, mahasiswi tersebut menemukan sebuah video tentang “Mutiara
Terindah” yang dibuat oleh Teh Haneen Akira. Saya sebagai seorang perempuan
yang pada kodratnya memiliki hati yang mudah tersentuh, memiliki hati yang
apabila tersentuh akan menangis, ingin mennagislah saya ketika melihat video
ini. Kalian bisa lihat videonya di sini. Atau stalking akun instagramnya beliau
@haneenakira
Khadijah ‘alaihi
salam mendapat salam dari Allah melalui Jibril. Siapa yang tak merinding?
Khadijah
mendapat salam pula dari Jibril dan semua salam itu disampaikan oleh Jibril
melalui Rasulullah SAW. Siapa yang tak ingin?
Khadijah diberi
kabar gembira oleh Allah melalui Jibril. Bi Baitin Fil Jannah, bahwa Allah akan
memberikan sebuah rumah yang terbuat dari Mutiara di Surga. Siapa yang berani
menolak?
Mengapa Khadijah
diberikan rumah dari Mutiara di Surga?
Karena Khadijah
adalah Mutiara.
Dialah yang
pertama yang memberikan iman, karena iman ialah Mutiara untuk hati Khadijah.
Mutiara itu
indah, dan keindahannya sulit dihancurkan.
Mutiara itu
adalah Khadijah.
Ia adalah
mutiara, namun ia sanggup hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
Kata Allah,
“Khadijah, cukup
kebaikannya di dunia.
Cukup perjuangannya
di dunia.
Cukup capeknya
di dunia.
Cukup.”
Maka Allah
memuliakannya dengan sebuah rumah di Surga yang di dalamnya tidak ada kesusahan.
Untuk para
perempuan,
Jadilah Khadijah
yang tidak mengeluh.
Salah satu
keutamaannya Khadijah,
Dia perempuan
yang hidup tanpa mengeluh apapun kondisinya.
Dia perempuan yang
memiliki kekuataan untuk tidak mengeluh.
Kalau kamu ingin
mengeluh, mengeluhlah pada Allah.
Kata Rasul, “Dimana
ada perempuan seperti Khadijah?
Dia dukung aku
ketika semua menyakitiku.
Dia memberikan
rasa bahwa aku berharga, aku dicintai, aku diterima, aku didukung.
Kata Khadijah,
“Ya Rasul.. Aku perempuan tua, aku lemah, hartaku habis,
tapi aku ingin
dukung, ingin kuatkan perjuanganmu,
jika aku
harus wafat dan tulangku bisa kau jual
dengan dinar dan dirham
untuk membantu
agamamu, maka lakukanlah.”
Maka, Khadijah
selalu jadi yang terindah untuk Rasulullah SAW.
“Aku ingin
Khadijah.
Aku rindu
Khadijah.
Dia perempuan
yang selalu menjadi Mutiara.”
Kata Rasul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar