Beberapa waktu
lalu sempat menulis postingan dengan judul “Judulnya Bukan Tentang Kesepian”.
Saat postingan ditulis sebenarnya saya merasa kesepian karena datang ke kafe
sendirian, tetapi di sana banyak orang yang berlalu lalang dan beragam bunyi
terdengar di sana sehingga saya memberi judul bahwa judulnya bukan tentang
kesepian, karena memang bukan kesepiannya yang ingin saya tekankan. Lalu,
tibalah saya pada serentetan kalimat di suatu halaman pada sebuah buku.
Berkata Ia, Aku dekat. Lebih dekat dari urat
leher, lebih mula dari hela, lebih dari semesta kasih sayang apa saja. Sementara
kita pengembara yang tersesat, menghabiskan usia demi mencari dan membuktikan
segala kemewahan di pikiran sendiri, untuk memejamkannya kembali di akhir hari,
untuk menemukan bahwa keluasan berada di dasar diri yang paling sunyi. Bahwa
Tuhan selalu menyapa sebanyak detak, tetapi betapa berisik dunia.
Berkata Ia, Aku dekat. Dekat yang sejati,
dekat tak bersekat. Kesendirian macam apakah itu yang tengah seorang hamba
keluh dan takutkan? Jangan mengaku-ngaku bertuhan kalau gampag merasa sendiri.
Saya senang
membaca buku karena saya seperti memiliki teman untuk mencurahkan hati saya
bahkan ia sudah mengetahuinya sebelum saya menceritakannya. Seakan saya
mempunyai teman berbagi, teman yang menemani saya, teman yang setia mendengar
keluh kesah saya bahkan sampai mampu memberi nasihat-nasihat yang berkesan
dalam ingatan saya.
Terima kasih
untuk sebuah buku bercover biru berjudul “Perjalanan Menemukan” karya Azure
Azalea, kawan lama saya di Makassar. Membaca bukunya, seakan mendengar
suaranya. Membayangkan ia membacakan kumpulan prosa dan puisinya. Rupa suaranya
tak bisa saya lupa, yang pada beberapa tahun terakhir hanya bisa saya dengar
lewat soundcloud. Perempuan cantik bermata teduh yang seringkali dengan lantang
membumikan puisinya di atas panggung megah dan disaksikan oleh banyak pasang
telinga, salam rindu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar