23/03/18

Langit


Gadis itu pulang malam.

Langit pekat itu penuh kilatan.

Nampaknya akan hujan.

Seolah memancing untuk lekas pulang.

Sembunyi di balik pelukan bantal.


Langit, gadis itu suka memandangimu.

Ia berandai-andai mampu menyentuhmu.

Kau tampak seperti kanvas yang dilukis oleh kuas Tuhan.

Karya Tuhan mana yang tak manusia syukuri?

Begitu pikirnya.


Langit, tolong biarkan ia sampai di rumah dahulu.

Jangan kau tumpahkan dulu lelahmu itu.

Langit, sesuai firman-Nya dalam Al-Qur’an,

Katanya suatu saat kau akan terbelah,
Bumi seisinya berhamburan,

Keindahan mencapai kehancuran.


Namun, apakah perasaannya akan tetap sama?

Hingga sesampainya mereka di Surga

Apa, apa kau bilang?

Ia terlalu percaya diri?

Bukankah masuk surga adalah cita-cita tertinggi setiap manusia?

Sebab, jika kau masuk surga kau tak perlu bercita-cita lagi.

Semua yang kau ingin dihadapkan padamu.

Maka dari itu dunia adalah saksi yang melihat seberapa kuat kau menahan diri.

Seberapa pasrah kau kepada-Nya.

Seberapa keras upayamu berdoa kepada-Nya.

DIa ingin tahu apa yang kau pinta dari-Nya.

Surga-kah?

Itupun bila kau masuk Surga adalah karena kebaikan Tuhanmu.

Dia Maha Baik, Maha Cinta.


Yogyakarta, 20 Maret 2018.
Jalan Timoho mendung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar