Melalui cerita
seorang Ustadz yang tempo hari kami bersilaturrahmi ke rumahnya, ia bercerita
soal kunjungannya ke suatu rumah tahanan kelas satu di daerah Jawa Barat, yang
dimana para tahanannya adalah para koruptor, elite, dan sebangsanya. Ditahan
pula di sana seorang Ustadz yang terseret suatu kasus yang menjebaknya hingga
ia ditahan di rumah tahanan tersebut.
“Ustadz, apa
perlu kita bertindak juga terhadap orang yang telah sengaja menjebloskan Ustadz
ke dalam penjara? Apa perlu kita menyeretnya juga?” tanya seseorang pada Ustadz yang ditahan
tersebut.
“Tidak perlu.
Biar Allah saja yang membalasnya. Biar Allah yang buka aib-aibnya nanti pada
hari kiamat.”
Orang yang
menawarkan upaya tersebut juga bukan sembarangan orang. Beliau adalah orang
yang memiliki “power” untuk menjebloskan orang-orang ke dalam penjara juga, apa
lagi orang-orang yang telah memfitnah temannya sendiri. Beliau tahu siapa yang
telah memfitnah dan menjebloskan Ustadz tersebut ke dalam penjara. Netizen
tidak perlu risau atau bermain tebak-tebakan sendiri, para elite dengan segala
kasusnya, mereka sendiri pun sudah mengetahui siapa yang membenci mereka, siapa
nama-nama di balik kasus yang menyeret mereka ke penjara, siapa dalang dan
kekuasaan siapa yang mampu melakukan itu semua, bahkan alasan-alasannya tentu
saja mereka lebih paham dibandingkan kita-kita ini masyarakat yang hanya mampu
melihat lewat kacamata media dan publik.
Mungkin kita
geram, kita marah, dan lain sebagainya, tetapi rupanya begitu banyak hikmah di
balik setiap kasus yang menerjang, kita saja yang tidak tahu dan tidak
mengerti, mungkin lain kali akan saya ceritakan hikmah keberadaan Sang Ustadz
di dalam jeruji kelas satu tersebut.
Ada banyak manusia
yang justru saat ia terseret ke suatu kasus, hal itu dijadikannya sebagai awal
mula yang baru, dijadikannya sebagai titik balik dalam hidupnya, dijadikannya
sebagai jalan kembali menuju Tuhannya, lantas bagaimana mampunya orang-orang
yang hidupnya lebih tenteram, lebih bahagia dari orang lain? Bukankah
sepatutnya ia lebih mampu untuk berusaha lebih baik dalam hidupnya, dalam
segala halnya, meski bila ada setitik kekecewaan, sadarilah kembali ada jalan
yang Tuhan ciptakan yang tak kita ketahui ke depannya, jalan yang membawa kita
pada apa yang mungkin selama ini kita cari, kita butuhkan, atau hal-hal yang
kita pikir mustahil untuk bisa terjadi dalam hidup kita.
Teringat pula
pada sebuah dialog dalam film Munafik 2. Dalam film ini, seorang ibu membunuh banyak
orang secara membabi buta di depan putrinya demi menyelamatkan sang putri,
namun respon sang putri tatkala melihat tindakan ibunya sungguh membuat hati
terenyuh.
“Aina jangan
takut.” Kata Mak.
“Mak telah
ajarkan saya tentang pahala dan dosa, bagaimana bisa Mak membunuh orang di
depan mataku sendiri? Aina takut, Mak. Apa yang nanti akan Mak bilang di
hadapan Allah?”
Semoga bisa
menjadi pengingat untuk semuanya. Jika kita bermaksiat, apa yang nanti mau kita
bilang di hadapan Allah di hari akhir kelak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar