08/10/18

Apa yang Mau Kita Bilang Nanti di Hadapan-Nya?


Melalui cerita seorang Ustadz yang tempo hari kami bersilaturrahmi ke rumahnya, ia bercerita soal kunjungannya ke suatu rumah tahanan kelas satu di daerah Jawa Barat, yang dimana para tahanannya adalah para koruptor, elite, dan sebangsanya. Ditahan pula di sana seorang Ustadz yang terseret suatu kasus yang menjebaknya hingga ia ditahan di rumah tahanan tersebut.

“Ustadz, apa perlu kita bertindak juga terhadap orang yang telah sengaja menjebloskan Ustadz ke dalam penjara? Apa perlu kita menyeretnya juga?”  tanya seseorang pada Ustadz yang ditahan tersebut.

“Tidak perlu. Biar Allah saja yang membalasnya. Biar Allah yang buka aib-aibnya nanti pada hari kiamat.”

Orang yang menawarkan upaya tersebut juga bukan sembarangan orang. Beliau adalah orang yang memiliki “power” untuk menjebloskan orang-orang ke dalam penjara juga, apa lagi orang-orang yang telah memfitnah temannya sendiri. Beliau tahu siapa yang telah memfitnah dan menjebloskan Ustadz tersebut ke dalam penjara. Netizen tidak perlu risau atau bermain tebak-tebakan sendiri, para elite dengan segala kasusnya, mereka sendiri pun sudah mengetahui siapa yang membenci mereka, siapa nama-nama di balik kasus yang menyeret mereka ke penjara, siapa dalang dan kekuasaan siapa yang mampu melakukan itu semua, bahkan alasan-alasannya tentu saja mereka lebih paham dibandingkan kita-kita ini masyarakat yang hanya mampu melihat lewat kacamata media dan publik.

Mungkin kita geram, kita marah, dan lain sebagainya, tetapi rupanya begitu banyak hikmah di balik setiap kasus yang menerjang, kita saja yang tidak tahu dan tidak mengerti, mungkin lain kali akan saya ceritakan hikmah keberadaan Sang Ustadz di dalam jeruji kelas satu tersebut.

Ada banyak manusia yang justru saat ia terseret ke suatu kasus, hal itu dijadikannya sebagai awal mula yang baru, dijadikannya sebagai titik balik dalam hidupnya, dijadikannya sebagai jalan kembali menuju Tuhannya, lantas bagaimana mampunya orang-orang yang hidupnya lebih tenteram, lebih bahagia dari orang lain? Bukankah sepatutnya ia lebih mampu untuk berusaha lebih baik dalam hidupnya, dalam segala halnya, meski bila ada setitik kekecewaan, sadarilah kembali ada jalan yang Tuhan ciptakan yang tak kita ketahui ke depannya, jalan yang membawa kita pada apa yang mungkin selama ini kita cari, kita butuhkan, atau hal-hal yang kita pikir mustahil untuk bisa terjadi dalam hidup kita.

Teringat pula pada sebuah dialog dalam film Munafik 2. Dalam film ini, seorang ibu membunuh banyak orang secara membabi buta di depan putrinya demi menyelamatkan sang putri, namun respon sang putri tatkala melihat tindakan ibunya sungguh membuat hati terenyuh.

“Aina jangan takut.” Kata Mak.

“Mak telah ajarkan saya tentang pahala dan dosa, bagaimana bisa Mak membunuh orang di depan mataku sendiri? Aina takut, Mak. Apa yang nanti akan Mak bilang di hadapan Allah?”

Semoga bisa menjadi pengingat untuk semuanya. Jika kita bermaksiat, apa yang nanti mau kita bilang di hadapan Allah di hari akhir kelak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar