10/02/13

SI MANCUNG



Dear Liha, temanku yang paling mancung.

         

Liha, masih hidup jeko ? Baik-baik jeko di sana ? Ada ko dapat teman sebangku sebaik saya di sana ? pasti ndak toh ? Toh toh ? Kutauji bilang ndak. Liha, betah jeko di sana ? Di pedalaman itu eeh, tidak ada itu twitter, tidak bisako bbm-an sama anuu, kembali meko bede, weh.  Biar lagi ada internet di sana, ndak ada tonji jaringan. Ndak kangen ko sama saya ?
Mauka dulu flashback deh. Kayak banyak hal yang kasih ingatka sama Liha. Contoh kecilnya kayak itu eeh “KUCING”. Kenapa ko Liha takut sekali sama kucing ? Pernahko diapaikah sama kucing ? Calleda sekali, biar sama kucing takut. Orang itu kalau takut sama hewan yang normal –normal sajalah, misalnya “KECOAK” atau “CICAK”.
Hari Jumat kemarin adalah hari terkahir ta ketawai anuu, Mr. Behel. Kita ketawa sambil nangis-nangis. Liha mauko tahu ? Mr. Behel sekarang botak, tambah unyu. Tapi, tidak tahuka, sama siapaka mau ketawai tu orang. Nanti dibilangika pongoro’ kalau ketawa sendirika.
Masih ingatko waktu kau cerita bilang, “Nina, kaceku toh na suka sekali sama cowok yang berkacamata, pintar bahasa inggris, pintar main gitar, dan selalu pake jam tangan.” Dan kita berdua sama-sama berteriak, “TAPI BUKAN ANUU!”  di sinilah kutau bilang seseorang suka sama lawan jenisnya tidak berdasar kepada tipe yang dia inginkan, karena cinta bisa datang tiba-tiba tanpa kita tentukan orangnya.
Hari terakhir sama Liha waktu pelajaran geografi, Liha sempat ditanya-tanya gitu sama ibu.
“Kenapa bisako pindah, nak ? Itu biasa anak yang pindah ke pesantren itu karena dia nakal. Kau iya kenapa?”
Baruko jawab, “ Ah ? Tidakji ibu. Ndak nakal ja saya. Kalem ja saya.” Dan Khaidir spontan langsung berkata, “Iya kalem, KALAU LAGI TIDUR!”
Sesudah pelajaran geografi, ulanganki sosiologi. Kau langsung bilang di saya, “NINA BAGAIMANAMI INI ? TIDAK ADA KU TAHU, TIDAK BELAJARKA, KAU MAMI INI KUTANYA SEBEN.” Dan berpikirka, mungkin ini hari terakhir saya kasih contek Liha. Tetapi, seperti biasalah, saya juga ndak belajar. Karena sosiologi biasanya jawabannya MENGARANG BEBASJI. Haha. Sekalina orang ulangan, cocokma, mengarang ma. Tapi, ada juga beberapa yang soal dari buku. “NINA, APA MI INI JAWABANNYA ? TIDAK ADA KUBACA DI BUKU.” Dan kalian semua harus tahu, LIHA ITU SUARANYAAA GEDE BANGET. Jadi langsungka bilang, “RIBUTMU!” tapi kan baik hati ja, jadi saya kujelaskan mi jawabannya ke Liha. Waktu kujelaskan malah na semprot balikki siala, ko bilang di saya, “SSSSTTTT” deh, dalam hatiku, jangan laloko kalau ndak mau ditanya. Jadi bilangka, “SOTTANA INE BARU TADI DIA PALING RIBUT!”
Masih kuingat sekali waktu Rahman bilang, “Weh, orang itu kalau liat lawan bicaranya, matanya yang na tatap, tapi kalau orang bicara sama Liha, bukan matanya yang na liat tapi HIDUNGNYA.” Sadar jeko kah Liha, hidungmu itu kalau bicara kembang kempis, baru terlalu titttttt sekali. Baikka toh, kusensor itu.
Yang tidak pernah bisa kulupa, waktu ta kerja mading. Itu malam toh, astaga, Windah tidur duluanki, belumpi ada yang na kerja. Saya magunting-gunting, Liha mengecat-ngecat, sampai waktu itu bikinka tweet, “WINDAH IS TEPAR, NINA IS MENGGILA, LIHA IS MERANTASA’” rantasa’ sekaliko Liha, ciyuska. Di jam-jam 10 malam, bangunki Windah. Kerjaki lagi itu mading, dan jam 12 malam lapar membahana, jadi pergi ki semua ke dapur cari makanan. Untungnya di kulkasnya Liha ada ji satu kotak Brownis, kita makan sampai kekenyangan.
Waktu Bu Mahira tahu Liha mau pindah, langsung ibu na pukul berkali-kali pantatna Liha. Kurang ajarko memang Liha, pindah tidak bilang-bilang dulu sama ibu. Ibu langsung berkaca-kaca matanya sambil na kasih surat pindahmu.
Di hari terkahir itu, ada pelajaran TATA BOGA, dan kita bikin brownis dan bolu kukus sama-sama. Liha paling lama pulangnya, karena mau tawwa membersihkan ruang boga untuk terkahir kalinya. Sempatki juga potekan biskuit sisa bahan.
.

             

Waktu hari kamis kemarin juga sempatki kelas ta di pilih jadi pengisi acara untuk menyanyikan Mars sekolah. Mungkin itu adalah kali terakhirnya Liha menyanyikan itu lagu. Karena kita pengisi acara jadi kita tidak duduk di tempat penonton. Kita duduk di belakang panggung, dan hari itu adalah terkahir kalinya foto bareng sama Liha. Selamat menempuh hidup baru, nah Liha. Haha, kayak orang menikah saja. Okey, see U :*

   Dari temanmu yang merindukan hidungmu yang sesungguhnya pesek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar