Saya mengenal sosoknya
hanya sekedarnya saja. Kami berteman di sosial media juga kampus. Karena kami
berada di fakultas yang sama, kerap kali kami bertemu di sepanjang area
fakultas.
Pada semester
satu kala itu, saya mengenalnya sebgaai hijaber yang bila mana menggunakan
jilbab banyak menggunakan jarum pentul karena dililit sana-sini. Dari sosial
medianya, saya mengetahui bahwa ia seorang model, hobi hunting foto, juga
memiliki olshop. Intinya, ia senang sekali upload foto dan update status di
sosmed. Selain itu, ia juga memiliki kekasih yang namanya dipajang di bio akun
instagramnya. Kekasihnya memang berbeda universitas, tetapi mereka sering hunting
foto bersama atau bisa jadi kekasihnya sendiri yang menjadi fotografernya.
Pada semester
dua, ia semakin hitz saja di sosial media, makin sering juga update, makin
mesra juga dengan kekasihnya itu karena sempat memosting moment surprise yang
ia berikan untuk kekasihnya di tempat kerja sang kekasih. Selain itu, job
endorsenya juga mulai banyak terlihat di sosial media. Bila bertemu dengannya
semakin merasa pangling saja saya karena make up yang digunakannya. Dari
warna-warni kukunya, mungkin dia hobi juga berkuteks-ria dan dari tatapan
matanya, saya menyadari bahwa ia juga seringkali gonta-ganti soflens.
Pada semester
tiga, sepertinya ia putus hubungan dengan kekasihnya. Saya menduga seperti itu,
karena di akunnya maupun akun kekasihnya sudah tidak saling memajang nama.
Lalu, ia juga mulai menghapus foto-foto lamanya. Entah. Meski masih sering
update story instagram, tetapi sudah jarang mengupload foto. Waktu itu di
fakultas, saya bertemu dengannya dan terkejut, wajahnya tak penuh oleh make up
lagi, jilbabnya sudah tidak dililit-lilitkan lagi bahkan mungkin tak memerlukan
jarum pentul lagi. Kala itu ia juga menggunakan gamis sebagai style-nya ke
kampus.
Pada semester
empat, lebih mengejutkan lagi, sebab dia melangsungkan pernikahan dan memilih
untuk berhenti kuliah. Kalau saya pikir-pikir, betapa beraninya dia mengambil
keputusan. Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani seperti itu, bahkan
bila itu desakan tetap saja ia berani dan tangguh menjalani takdir yang
dihadapkan kepadanya. Usut punya usut, saya berusaha mencari tahu tentangnya.
Sulit, karena yang saya ketahui ia sudah tidak aktif lagi di sosial medianya.
Kabar pernikahannya saya tahu sebab saya mengenal salah satu sahabat dekatnya,
bahkan sahabatnya memperlihatkan saya tentang video pernikahannya karena ia
memang datang ke acara sahabatnya itu. Terkaget lagi saya karena dalam
pernikahannya itu ia telah menggunakan cadar dan sungguh-sungguh melepas
statusnya sebagai hijaber gaul masa kini.
Rupanya, ia
menikah dengan mantannya sewaktu sekolah dulu. Namun, mantannya tersebut juga
telah hijrah. Ketika ia telah hijrah, tiba-tiba mantannya datang melamar,
akhirnya mereka menikah. Selain itu, karena mempelai pria juga telah punya
usaha, oleh sebab mungkin ia berani untuk menikah di usia muda. Sekarang, ia
bersama suaminya tinggal di luar kota.
Sayangnya, saya
tidak sempat mewawancara gadis itu atas perubahannya yang menurut saya teramat
cepat sekali. Sangat cepat. Drastis, fantastis! Seseorang yang awalnya segala
tentang kehidupannya ia umbar di sosial media, kini tiba-tiba ia menghilang
dari peradaban.
Mungkin kini ia
sudah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, yang tidak perlu orang sedunia
tahu apa yang ia rasakan. Kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan dalam makna yang
sebenarnya, kebahagiaan yang nyata, dekat, bisa digenggamnya. Bukan lagi
kebahagiaan semu, kebahagiaan yang berjejer di sosial media, kebahagiaan yang
penuh drama dan seringkali tercipta kepura-puraan di sana. Tetapi, mengapa ada
orang yang menganggap sosial media adalah segalanya? Bahkan ada yang menjadikan
sosial media sebagai rumahnya untuk menyimpan segala pernak-pernik kehidupanya yang
tidak semestinya ia letakkan di sana. Apakah saya sudah menulis terlalu berlebihan?
Sungguh jemari ini terus mengetik apa yang ada dalam pikiran. Tentu saya
jauuuuh dari baik. Sangat jauh. Tetapi, adakah setitik harapan saya genggam?
Kelak menjadi prinsip hidup saya kedepannya? Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar