“Have you ever stopped for a while
and asked yourself,
what is going to happen to me the first night
in my grave?”
Orang-orang yang
benar-benar beriman khawatir kalau-kalau amal ibadahnya tidak diterima Alllah
SWT. Mereka yakin akan ke-Esaan dan kekuasaan Allah SWT. untuk umat ini. Seperti
inilah sikap para sahabat ra. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Bakar
As-Shiddiq ra. Berada tepat di samping seseorang lalu sambil menunjukkan lidahnya
beliau berkata: “inilah yang mengantarkanku ke tempat-tempat berbahaya.”
Ali bin Abi
Thalib ra. sangat merisaukan dua hal: panjang angan-angan dan menuruti nafsu.
Panjang angan-angan membuat orang lupa akhirat, sementara menuruti nafsu
menyelewengkan orang dari al-haq (kebenaran). Beliau bertutur, “Ingat! Dunia
itu lekas berlalu sedang akhirat cepat datang. Masing-masing mempunyai
generasi. Maka, jadilah generasi akhirat, jangan generasi dunia. Sebab hari ini
(di dunia) adalah amal, tidak ada perhitungan, sedangkan esok (di akhirat) adalah
perhitungan, tidak ada amal.”
Kebodohan
mayoritas Kaum Muslimin adalah mereka yakin akan luasnya rahmat dan ampunan
Allah sehingga mereka tenang-tenang saja berbuat maksiat; tak henti-hentinya
berbuat keji, bahkan pengetahuan mereka seperti ini dijadikan alasan untuk
terus berbuat maksiat. Ini jelas salah, alasan yang mencelakakan diri, sebab
Allah benar Maha Pengampun Maha Penyayang tetapi juga Maha Berat Siksaan-Nya,
sebagaimana dinyatakan secara jelas di dalam kitab-Nya, dalam berbagai tempat (surat)
firman-Nya yang artinya: “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya
Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dan bahwa sesungguhnya azab-Ku
adalah azab yng sangat pedih. (QS. Al-Hijr : 50)
“Berharap kasih sayang dari orang
yang kamu tentang,
percuma saja bahkan tolol.” –
Ma’ruf al-Kurakhy
*Tulisan ini dikutip dari Buku Akhir
Hidup yang Bahagia, karya Moh. Djawad Dahlan dan Anwar Azmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar