Ada dua jenis kebaikan, yang tersembunyi dan yang tampak.
Yang tersembunyi itu biarlah jangan lagi digali, akan tetapi barangkali kebaikan
yang tampak sengaja terlihat agar bisa terus dimaknai dan diteruskan oleh orang
lainnya.
Satu cerita tentang kebaikan datang dari salah satu
responden untuk penelitian saya. Saya akui, kelima orang responden penelitian
saya adalah orang-orang yang luar biasa, respon mereka dari setiap pertanyaan
selalu di luar dugaan saya. Masing-masing mereka mampu menjawab pertanyaan
saya dengan cepat, bijak, dan dengan perspektif yang tak biasa. Meskipun begitu,
mereka mampu memberikan setiap alasan dengan pasti dan membuat saya terpukau.
Total halaman tugas akhir saya bisa dikatakan dua kali
lipat lebih banyak dari teman-teman yang lain disebabkan karena jenis teori
yang saya gunakan berbeda dengan yang lainnya yang menyebabkan teknik
penelitiannya ikut berbeda. Walaupun begitu, saya merasa sangat puas dengan
penelitian yang saya lakukan, ini sangat mengasyikkan ketika kita bertemu
dengan orang-orang yang luar biasa lalu mendengar tentang sudut pandang mereka
mengenai suatu perkara. Ah, memang selalu menyenangkan berbicara dengan para
orang cerdas yang rendah hati.
Salah satu pertanyaan yang saya ajukan adalah, “What is the character
of your Moslem friend that you like?” Salah satu responden menjawab seperti ini, “Sebenarnya, aku banyak mempelajari karakter teman-temanku. Aku suka
berteman dengan orang-orang yang mereka mengingatkanku atau menasehatiku bukan
lewat perkataan tetapi lewat tindakan. Aku punya teman-teman yang mereka itu
tidak terlalu berprestasi, tetapi cara mereka memperlakukan orang lain sangat
begitu tulus, aku menyukai hal itu. Ketika ada orang yang meminta tolong,
mereka mencoba untuk menolongnya. Selain itu juga, mereka sangat ramah,
terbuka.”
Lalu ia melanjutkan, “Aku paling suka Muslim yang bisa
menunjukkan pada orang-orang bukan hanya lewat perkataan saja, tetapi juga
sikap dan perilaku mereka yang benar-benar mencerminkan seorang Muslim.
Misalnya, ketika kita kesusahan, mereka membantu tanpa kita minta. Saat mereka
tahu kita berbuat salah, mereka bukan mengkritik tetapi menunjukkan hal yang
benar lewat tindakan, bukan dengan perkataan karena jika lewat omongan, mungkin
itu terlihat mudah. Mereka prestasinya biasa saja, tetapi mereka punya teman
yang banyak.”
Ia juga bercerita soal salah satu
temannya itu, “Aku pernah pergi dengan
salah satu dari mereka, saat di jalan, motornya kehabisan bensin. Tiba-tiba,
ada seorang pemuda yang menghampirinya dan bertanya ada apa. Setelah pemuda itu
tahu apa yang terjadi, dia mengambil semacam pipa yang dibawanya dan lewat pipa
itu ia memberikan bensin dari tangki bensin motornya kepada temanku secara
gratis. Aku tersentuh dengan hal itu bahwa ternyata caranya kebaikan dibalas
dan ditularkan itu seperti ini, aku tersadar bahwa kebaikan kita kepada orang
lain itu tidak akan percuma karena kebaikan itu akan berbalik kepada kita
sendiri entah kapan dan bagaimana caranya.”
Saya pun bertanya tentang suatu hal
yang aneh dari ceritanya, “Kok masnya itu
bisa kebetulan bawa pipa, ya?” Kedua mata responden saya itu sedikit membulat
dengan wajah yang tak kalah heran dengan saya, “Nah, aku juga heran. Waktu kami tanya mengapa masnya itu mau memberi
bensinnya secara gratis, mas itu menjawab, ‘dulu saya juga pernah kehabisan
bensin di jalan seperti ini, lalu ada orang yang menolong saya dengan
memberikan bensinnya secara cuma-cuma, maka dari itu saya ingin megikuti
caranya dan membalas rasa terima kasih saya dengan menolong orang-orang yang
juga kehabisan bensin di jalan seperti saya waktu itu, makanya saya selalu bawa
pipa ini kemana-mana, barangkali di jalan ada yang butuh.’ Begitu katanya.”
Kemudian saya teringat sebuah
kalimat dalam tulisannya Muya, “kebaikan
itu bukan untuk dipertanyakan, tetapi kebaikan ada untuk kembali diteruskan
pada orang lain.”
Bandung, 12 April 2020
Besok ingin meneruskan kebaikan yang
mana lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar