05/04/20

#AprilProduktifDay5 : "Never Trust Someone From Social Media"




Hal utama yang selalu saya tekankan terhadap diri saya saat bermain media sosial, “never trust someone from social media.” Ungkapan yang sangat familiar untuk suatu prinsip bermedia sosial, bukan? Akan tetapi ungkapan tersebut menjelaskan banyak hal. Apa yang akan saya ceritakan ini sebenarnya sesuatu yang baru saja saya tuliskan pada bulan Januari kemarin. Karena saya rajin, maka saya akan menuliskannya kembali. Ehe. Berikut ini adalah sedikit fakta tentang apa yang ada di media sosial. Oh iya, saya tegaskan bahwa saya bercerita tanpa ada niat membeberkan kekurangan hidup orang lain karena sejatinya semua orang juga punya kekurangan dalam hidupnya. Saya tak bermaksud membuka aib seseorang karena saya tidak menyebutkan namanya dan semoga ada pelajaran yang bisa pembaca ambil dari apa yang dibaca di sini.

Pretty, but has family problems. Saya kenal seseorang yang cantik luar biasa. Setiap saya bepergian dengannya, semua mata laki-laki maupun perempuan pasti tertuju padanya, takjub. Orang-orang follow akunnya dengan melihat kecantikan yang terpancar dari beragam foto selfie-nya lewat layar smartphone. Saya tahu itu karena ya saya tahu. Umumnya orang-orang tertarik pada sesuatu dengan apa yang tampak lebih dahulu, bukan apa yang tak tampak; misal hati dan pikiran. Pada umumnya, ya. Tetapi, orang-orang tidak pernah tahu apa yang diambil darinya sampai ia sering menangis, di saat orang lain mempunyai sesuatu itu.

Popular, but has fake friends. Ada seorang influencer yang masyaaAllah dia hebat dan cerdas. Kepopulerannya dimanfaatkannya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi teman-temannya. Tetapi, pernah suatu hari saya melihatnya membuat ig story, isinya adalah barang siapa yang bisa menemaninya selama beberapa hari akan dia bayar puluhan juta. Wow. Saya terkejut. Kemana teman-temannya itu yang selalu foto-foto bersama dirinya dan dengan penuh kebanggan dia upload ke feeds instagram?

Smart, but has social issues. Ada seseorang yang saya kenal begitu pintar. Pekerjaannya bagus. Penghasilannya bisa membuatnya dikatakan mapan. Punya atasan yang baik. Dia pintar, profesional dan sangat mandiri. Dia terbiasa membagikan kegiatannya sehari-hari ke media sosialnya. Tetapi, dibalik kehebatannya dalam bekerja dan kecerdasannya, ia adalah anak broken home sampai ia punya gangguan depresi, bahkan sampai berobat dan rutin minum obat. Sekali lagi, saya tahu ya karena saya memang tahu alias saya jago stalking, sih, sampai feeds paling bawah, hehe.

Rich, but never happy. Saya punya kenalan orang-orang seperti ini. Sepasang kakak-beradik yang kaya raya, orangtuanya pengusaha sukses, mereka tidak pernah kehabisan uang bahkan tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaan mereka di masa depan, tetapi faktanya sepasang kakak-beradik ini pernah memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka. Kalau orang-orang lihat dari kacamata akun instagram-nya, mereka biasa saja, seperti orang yang bahagia, caption mereka bahkan terbilang sangat indah, tidak ada mengeluh atau kegalauan sama sekali. Akar masalahnya adalah di rumah mereka, rumah yang selalu mereka ingin lari darinya bukan rumah yang membuat mereka selalu ingin pulang. Berbeda lagi dengan seorang teman yang dilihat dari kacamata akun instagram-nya hidupnya selalu enak, mewah, traveling keliling dunia, orang-orang tidak tahu saja tentang lukanya, bagaimana ibunya berusaha keras membahagiakan anak-anaknya dari luka karena ayah mereka jarang pulang dan menikah lagi dengan wanita lain. Ketika mendengar berita ini saya sedih sekaligus shocked, ibunya cantik banget, pintar, mandiri. Kurangnya apa?!! Dan ini bukan terjadi di satu keluarga saja, tapi banyak yang saya temukan di sekitar saya. Dari kacamata luar hidup mereka sudah mendekati sempurna, rumah mewah, pekerjaan layak, anak-anak yang baik dan sholeh, rupawan, pintar dan sukses, lantas mengapa seperti ini? setiap keluarga punya rahasia masing-masing, publik hanya tahu yang baik-baiknya saja.

Pun terjadi pada seorang influencer terkenal. Dia baru saja terkenal di instagram beberapa tahun terakhir ini dengan jutaan followers. Saya sudah mengikuti Instagram-nya sejak followers-nya baru dua ratus ribuan.  Orang-orang tahunya keluarganya bahagia, tajir melintir, harmonis. Sebenarnya, sebelum dia terkenal di instagram, dia lebih dulu terkenal di medsos jenis lain. Di sanalah banyak sekali masalah hidupnya yang sering ia ceritakan ke publik. Jadi, kalau sekarang orang cuma liat happy-happy-nya saja, saya sebagai follower-nya sejak dulu bahkan sebelum dia terkenal di instagram, lebih melihat dari sisi perjuangan dia sampai akhirnya bisa menikah dengan orang yang dicintainya itu, bertumbuh bersama, sampai punya keluarga yang bahagia, yang anak-anaknya selalu dapat respon positif dan pujian tiada habisnya dari warga-net.

Ingat-ingat lagi, jangan-jangan kita pernah iri dengan orang-orang yang seperti itu; orang-orang dengan privilege, wajah rupawan, dan harta melimpah. Padahal itu semua hanya “bonus” yang Allah berikan dalam hidup mereka, tentu saja Alah juga memberi kita bonus, tetapi mungkin dalam bentuk yang lain; kesehatan, keluarga utuh, setiap hari masih bisa makan, tidur nyenyak, dan masih banyak lainnya sampai-sampai saya tidak tahu lagi apa, ehe.

Jangan sampai kita salah menilai orang hanya karena kita melihatnya dari medsos di layar smartphone kita, apalagi sampai menyimpan rasa iri dengan seseorang yang bahkan kita tidak pernah tahu bagaimana perjalanan hidupnya.

Bandung, 5 April 2020
Semoga pandangannya tercerahkan, ya!

Pict from : Dok. pribadi


9 komentar:

  1. Jadi ingat tentang sebuah film yang dalam salah satu dialognya mengatakan "buah jeruk yang dari luarnya kelihatan begitu memanjakan lidah, namun bisa saja ketika kita rasakan malah sebaliknya akan kecut". Kemudian dia analogikan dengan apa yang sebelumnya dia lihat tentang Tokyo, sebelum dia ke Tokyo dia beranggapan bahwa Tokyo adalah kota yang nyaman dan bisa memberikan harapan baru baginya. Namun yang terjadi malah sebaliknya, jauh dari apa yang sebelumnya dia persepsikan.

    BalasHapus
  2. Betul sekali, istilah lainnya yang familiar didenger tuh 'don't judge a book by its cover' ya.. memang biasanya apa yg ditampilkan di sosmed ga selalu sama kaya apa yg ada didunia nyata.
    Semoga kita dikelilingi oleh orang yg tulus ya:))

    BalasHapus
  3. "Jangan sampai kita salah menilai orang hanya karena kita melihatnya dari medsos di layar smartphone kita, apalagi sampai menyimpan rasa iri dengan seseorang yang bahkan kita tidak pernah tahu bagaimana perjalanan hidupnya"
    Saya punya jawaban ini ditulisan ku, Yuk Baca. HAHA

    BalasHapus
  4. Waaaa terimakasiii mbaa! saya harus pinter stalking apa gimana nih biar tau seluk beluk yg keliatan perfect di instagram? Hhe becanda ding mbaa🤣

    BalasHapus
  5. sepetinya "don't judge a book by its cover" adalah benar. eh tapi di toko buku kan buku-bukunya pada diplastik, cuma liat covernya. eh ada ding kadang yang udah dibuka sama orang. haha

    BalasHapus