03/04/20

#AprilProduktifDay3 : "The Simple Guide to a Minimalist Life" by Leo Babauta



Kali ini saya ingin berbagi sedikit review buku The Simple Guide to a Minimalist Life karya Leo Babauta. Oleh karena buku ini tipis, hanya berhalaman 158 dan karena saya juga belum selesai membacanya (hahaha) serta saya baru menuliskan review ini pada pukul delapan malam ini (hahaha), maka review kali ini hanya singkat saja.

Jika buku The Life-Changing Magic of Tidying Up kaya Marie Kondo lebih menceritakan teknik beberes barang dan penghayatan renungan mengapa kita perlu menyingkirkan barang-barang kita, Leo Babauta dengan bukunya ini memberi panduan lebih dari sekedar beberes barang, tetapi juga bagaimana kita meminimalisir kegiatan dan tugas, guna menghindari hal-hal yang sebenarnya tak berguna dilakukan.

Halaman awal sebelum Leo benar-benar membahas soal panduan hidup minimalis, ia membuat sebuah bab yang amat “menyentil” di bab pertama dengan judul “Sebuah Ironi Kecil”. Ia menuliskan, “Ya, saya tahu, betul-betul ironis betapa sebuah buku yang membahas soal minimalisme memiliki lebih dari satu atau dua halaman. Isi buku tidak minimalis, dan itu kontradiktif, bukan?”

Leo sempat menyinggung soal komitmen dalam bagian awal-awal bukunya itu. Bagaimana di zaman sekarang ini, begitu banyak komitmen yang diupayakan oleh satu orang. Sebagai seseorang yang memiliki cukup banyak komitmen tentang berbagai hal, saya sempat tersinggung. Leo mengatakan bahwa kurangilah komitmen, cukup lakukan dua hal; apa-apa yang penting dan apa-apa yang disukai. Kemudian saya sadar bahwa apa yang dikatakan oleh Leo ada benarnya juga, bukankah memiliki banyak komitmen itu seringkali malah memusingkan diri sendiri?

Selain itu, Leo juga berbicara soal tugas harian yang sering kita targetkan untuk kerjakan. Leo mengatakan bahwa kita tak perlu membuat list tugas sebanyak itu, toh pada akhirnya kita juga sudah tahu bahwa itu tidak akan selesai juga dalam satu atau bahkan tiga hari. Oleh karenanya, cukup membuat tiga tugas saja dalam list tersebut, tiga tugas yang paling penting. Tiga tugas ini dikerjakan sebelum mengerjakan hal lainnya.

Beralih soal membereskan barang, Leo menyarankan kita untuk menyediakan tiga tempat untuk barang-barang yang hendak kita bereskan. Sebelumnya barang-barang tersebut dikumpulkan dahulu baru dipilah, dengan menyediakan tiga tempat; satu tempat untuk barang yang masih dibutuhkan, satu kardus untuk barang yang hendak disumbangkan, dan satu kardus untuk sampah. Dalam tulisannya, Leo juga menuliskan ‘ketika kamu bisa hidup tanpa suatu barang, maka keluarkanlah barang tersebut dari rumahmu.’

Secara tidak langsung konsep minimalis yang diajarkan oleh buku ini adalah tentang kesederhanaan hidup. Berbagai quotes tentang hal itu juga dituangkan dalam buku ini seperti, “Terlalu banyak orang menghabiskan uang yang tidak mereka dapatkan, untuk membeli barang-barang yang tidak mereka inginkan, untuk membuat terkesan orang-orang yang tidak mereka sukai.” – Will Rogers

Bukan hanya itu, “Dia memandang seluruh dunia dengan wajah yang tegak lantaran dia tak berhutang kepada siapapun.” – Henry Wardsworth Longfellow

Untuk mengakhiri review ini, saya tutup dengan satu quote-nya lagi yang cukup menendang diri, “Kalau pikiranmu tidak tertutupi hal-hal yang tidak perlu, maka ini adalah musim terbaik dalam hidupmu.” – Wu-men

Jadi, kapan kau akan mulai membereskan barang-barangmu?

Bandung, 3 April 2020
Mulai memakan lahap seluruh quote dalam buku ini

*Pict from : Google / Instagram @warungsastra

6 komentar:

  1. Wah kemarin tertarik beli ini, alhamdulillah sudah dapet bocoran isinya sepertinya cukup menarik hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang menarik sekali karena membahas minimalisme dari banyak aspek. :)

      Hapus
  2. Aku mungkin masuk salah satu minoritas ni, membaca Marie Kondo dan merasa tidak berubah. Mungkin karena gada dorangan internal berubah haha. Terima kasih sudah mereviewnya:') mungkin suatu hari kalau sudah berubah minat bisa jadi baca buku ini!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaaa mungkin faktor lainnya itu karena kamu sibuk. Wkwkwk. Tapi niat emang yg utama banget, sih. Selamat mengumpulkan niat!

      Hapus
  3. apa-apa yang disukai kadang bukan merupakan suatu yang penting bahkan mungkin sedang tidak dibutuhkan. itu yang sering saya alami hahahaha

    BalasHapus