Dicekik. Dibunuh. Setelah meninggal,
jasadnya dibakar bersama dengan kandungannya. Oleh siapa? pelakunya kekasihnya
sendiri. Setelah dibedah perutnya, bayinya terlihat sempurna organnya,
kemungkinan kandungannya sudah besar. Korban dibunuh karena meminta
pertanggungjawaban atas kehamilanya pada sang kekasih.
Ini adalah
berita yang saya baca hari ini di sosial media. Ya Allah, sungguh benar bahwa
siksa-Mu di dunia sangat pedih, apa lagi siksa di akhirat kelak nanti bagi orang-orang
yang tak taat pada aturan-Mu.
Cinta seperti
apa yang mereka miliki? Mengapa bisa seorang kekasih membunuh kekasihnya
sendiri?
Betapa
menyedihkannya bila jatuh hati karena nafsu.
Lantas, kalau kamu tanya cinta seperti apa
yang saya miliki?
Kelak,
Ketika saya mencintai kamu, saya bisa
bercerita apapun kepadamu.
Saya bisa tertawa selepas-lepasnya di depan
kamu.
Saya bisa menangis tersedu-sedunya di pundak
kamu.
Tanpa merasa takut, cemas, bahkan berdosa.
Karena kamu meletakkan perasaan kamu dengan
cara dan jalan yang diridhai-Nya. Insyaa Allah.
Mungkin bukan
hanya saya saja yang merasa tak habis pikir dengan berita tersebut. Saya jadi
teringat kata-kata seorang Ustadz yang ada di salah satu video yang akun
@fuadbakh upload di Instagram. Kata-katanya begitu mengena, ringan tapi sangat
dahsyat tamparannya.
Ustadz tersebut
berbicara tentang pelaku pembacokan terhadap H selaku telematika ITB yang
memberikan pernyataan bahwa chat HR itu palsu. Ya Allah, sungguh kami
berlindung dari akhir zaman yang penuh dengan fitnah ini, dimana para ulama
begitu mudahnya difitnah.
“Beliau (H) yang berani mengatakan bahwa chat
antara HR dengan F palsu adalah calon saksi ahli nanti di pengadilan. Perhatikan,
apa yang terjadi? Beliau mengalami tragedi diserang beberapa orang, barangkali
yang nusuk nonton video ini, Ya Allah, dibayar berapa? Mau dipakai apa uang itu?
Uang itu sebentar lagi hilang dan tak berbekas bahkan tak tersisa tapi jejak
perbuatanmu kepada bapak H sampai kiamat akan terekam, tapi Allah dengan hukum
alamnya sedang merencanakan skenario dahsyat untuk membalas perbuatanmu.”
Merinding. Saya
pikir, kalimatnya ini bukan hanya berlaku untuk pelaku pembacokan terhadap H saja
tetapi kepada semua pelaku kejahatan. Kasus lainnya adalah yang menjerat saksi
kunci proyek e-ktp, dimana ia mengetahui orang-orang yang terlibat. Diawal
kematiannya, media mengatakan bahwa ia bunuh diri, tetapi belakangan beberapa
media mengatakan bahwa kematiannya karena dibunuh. Lagi-lagi skandal. Belum
lagi kasus penyiraman air keras yang menimpa Pak Novel Baswedan. Setiap ada
kejahatan seperti ini, kalimat Ustadz di atas terngiang-ngiang di benak saya.
Mungkin yang
mengikuti berita paham siapa orang-orang yang saya maksud di dalam berita. Saya
berimajinasi bagaimana bila dalang di balik semua ini adalah seorang ayah yang
jika di rumah sikapnya penuh kasih sayang terhadap keluarganya, seorang ayah
sekaligus seorang anak dari orangtua yang sudah renta dan berharap anaknya
adalah anak yang baik, sekaligus sebagai seorang kakak yang membimbing
adik-adiknya hingga mampu menjadi orang besar. Atau bisa jadi ia adalah seorang
ibu. Apa yang terjadi di negeri ini mengingatkan saya pada film Alif, Lam, Mim.
Ada yang pernah nonton?
Semoga di dalam
hati kita selalu ditanamkan bahwasannya ini hanya dunia, bersikap semestinya,
beribadah seperti seharusnya, bertingkah sewajarnya, beramal
sebanyak-banyaknya. Semua dikembalikan lagi kepada Allah, maaf bila tulisan
saya terlalu keras untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar