Aku kesal.
Hampir tiap malam seperti ini.
Ia muncul di tengah kegelapan ruang.
Dengan berjalan sempoyangan
dan menebar aroma yang kubenci di sepanjang jalan.
“Kapan kamu berhenti
clubbing?”
“Kapan kamu berhenti
memandang negatif kepadaku? Kapan kamu memandang sisi lainku?”
“Sisi lain? Misalnya?”
“Aku bermaksiat tapi
aku tak pernah sekalipun mengajakmu maksiat bersamaku. Aku pergi clubbing, tapi
tak pernah sekalipun aku mengajakmu clubbing bersamaku.”
Aku terdiam. Ia mendekat.
“Selalu ada cara
bagaimana seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhan-nya.” Bisiknya di
tengah keheningan malam, kata-katanya menjalar ke seluruh tubuhku, memenuhi
ruang di otakku.
Ia selalu punya kalimat untuk membunuh segala nasihatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar