Mungkin kau lupa hari dimana kita menyanyi bersama,
saling bersandaran, merayakan kehilangan, kemudian
berpelukan.
Mungkin kau lupa hari dimana kita makan bersama,
saling berhadapan, merayakan pertemuan,
kemudian memulai obrolan ringan.
Mungkin kau lupa hari dimana kita membeli
buku bacaan bersama,
saling berdisukusi, memutuskan apakah
kiranya buku ini pantas menjadi bacaan kita? Kemudian sama-sama mengangguk
dengan mata berbinar,
Mungkin kau lupa hari dimana kita duduk-duduk
di bawah pohon di suatu lembah, berbincang dengan mulut yang dipenuhi batagor
dan es kelapa yang menunggu diteguk di hadapan kita.
Mungkin kau lupa hari dimana kita
mengunjungi museum lukisan, memetik bunga di tamannya, menjelajahi sudut
ruangnya, mengambil foto bersama, dan aku masih mampu mengingat detail ekspresi
wajah kita kala itu hingga detik ini.
Mungkin kau lupa hari dimana kita berjalan-jalan
di banyak festival, dengan bangga membeli segala macamnya dengan uang yang kita
punya, mencoba segala hal yang ditawari di dalamnya, dan pura-pura menikmati
konsernya padahal kita lebih menikmati kulinernya.
Mungkin kau lupa hari dimana kita bersenang-senang
dengan sekotak pizza dan segelas milkshake lalu dengan bangga kutulis status
bahwa aku tengah bersamamu.
Mungkin kau lupa hari dimana kita membeli
tiket bioskop, kemudian masuk ke studio dengan tangan dipenuhi sekotak popcorn
dan segelas minuman bersoda.
Mungkin kau lupa hari dimana kita janjian
menggunakan warna baju senada, lalu dengan riang masuk ke bilik foto box, mengambil
gambar dengan beragam gaya, berpelukan seolah kita akan bersahabat selamanya,
saling mengisi di tengah rasa kehilangan yang hanya kita saja yang tahu.
Mungkin kau lupa bahwa kita sering bepergian
untuk belanja pakaian, lagi-lagi selalu ingin membeli yang senada hingga kita
punya banyak sekali pakaian yang warna dan modelnya sama.
Mungkin kau lupa hari dimana kau seorang
diri tergopoh-gopoh membawa kue dengan lilin yang bersinar di atasnya, kau
pintaku meniupnya, aku bahagia, kita bahagia.
Bahkan mungkin kau lupa pada hari sederhana
dimana kita memilih menikmati senja lewat jendela kamarmu, berbaringan di atas
kasur, berbincang tentang segala kesukaan kita.
Hari ini,
Aku hanya bisa memandang tumpukan kotak kado
yang tiap setahun sekali kau berikan,
Hanya bisa memandang wajahku yang dengan
tulus kau lukiskan,
Hanya bisa memandang wajah bahagia kita yang
kucetak dan kupajang di dinding kamarku.
Apapun yang orang katakan tentangmu, aku
lebih mengenalmu dibandingkan mereka.
Apapun yang hatiku katakan tentangmu, aku
tetap mencintai meski ditengah rasa kecewa.
Aku tetap mencintai karena aku percaya,
suatu hari kau akan mengigat segalanya, mengingat bagaimana aku tetap
mencintai.
Untuk seorang
sahabat,
Yang namanya
terukir di dasar hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar