27/05/18

#MuslimahSinauProjectDay12 : Sirkus Pohon by Andrea Hirata, Novel Ajaib!

Sumber gambar : Google

Jujur, bukan karena judulnya saya tertarik, tetapi karena “siapa” yang menuliskannya. “Sirkus Pohon” adalah sebuah judul buku yang sangat sederhana, tetapi ketika mulai membaca halaman demi halaman, kita akan dibuat takjub dengan novel yang ceritanya mendalam, detail, dan karakternya kuat. Inilah keajaiban menyulap kata yang dimiliki oleh Andrea Hirata!

Pada halaman pertama saya sudah dibuat ‘deg’ oleh sebuah kalimat di sub bab nya, “Kaukah yang membelaku waktu itu?” dan satu lainnya, “Cinta memihak mereka yang menunggu.”

Andrea Hirata pandai sekali menciptakan karakter sekaligus namanya, misal Taripol, Sobri alias Hob, Soridin Kebul, Jeliman, Gastori, Adun, Tegar, Azizah, Abdul Rapi, Halaludin, Jamot, Suruhudin, dan Badrun. Nama-nama unik, khas bangsa Indonesia sekali, tak membosankan, seolah memiliki karakerisasi yang kuat pada tokoh itu sendiri dengan nama yang masing-masing diberikan kepada mereka.

Jenaka – saat Hob marah, “Jeh! Kau boleh banyak teori, Run, tapi awas, suatu hari nanti aku akan membuat perhitungan denganmu dan sapi cabulmu itu, tak peduli sapi itu bantuan dari biduanita organ tunggal atau dari presiden!” Menurut saya kalimat-kalimat yang dilontarkan begitu koplak dan  mencerminkan sesuatu yang benar-benar terjadi di masyarakat kita.

Beberapa kalimat sarat makna yang berhasil saya garis bawahi, diantaranya, “Ternyata, kawan, kemauan adalah segala-galanya dalam hidup ini. Tanpa kemauan, orang tak dapat terkejut, tak dapat curiga, tak dapat iri, tak dapat cemburu, tak dapat gembira, mellow, golput. Tengoklah Instalatur itu, dia tak ubahnya ban kempes.” Atau, “Orang-orang yang berkata tentang diri mereka sendiri, melebih-lebihkan, orang-orang yang berkata tentang orang lain, mengurang-ngurangi.”

Kalimat sarat makna dibuat dengan sentuhan jenaka sehingga ketika membacanya kita akan mengangguk setuju sambil cengar-cengir sendiri. Kalimat-kalimat jenaka itu bukan hanya sesekali tetapi hampir keseluruhan isi cerita disajikan dengan sentuhan jenaka bahkan ketika seharusnya suasanya mellow, sendu, kecewa, atau marah, Andrea Hirata dengan ajaib bisa menuangkannya dalam kalimat yang begitu jenaka! Meski memakai gaya bahasa melayu, bahasanya begitu mudah dipahami. “Zat ayam tangkapmu, Man! Kau tak lain tukang perkosa pohon! Kau, Pol, calo pohon! Baca buku sejarah bercocok tanam di kios buku Junaidi sana! Usah kalian sembarang bicara. Delima adalah ningratnya pohon. Delima tak macam rambutan, mangga, blewah, langsat, atau mengkudu. Delima dihormati bangsa Moor! Nama delima diabadikan menjadi nama kota megah Granada! Nama latinnya lebih bagus daripada nama lengkapmu, Man! Akarnya dapat diseduh, mujarab untuk menenangkan jiwa murid-murid sekolah yang mau ujian nasional! Dahannya untuk pagar, kayu bakar, atau bagus juga untuk menghantam batok kepala manusia tidak etis macam kalian ni!”

Buku ini? Ringan, sarat makna, jenaka, mencitrakan budaya, menyentuh, tentang perjuangan dan optimisme, serta menghibur!


2 komentar:

  1. Wahh saya udah beli lama maah belum sempet baca, okee nice review *buruan baca

    BalasHapus