Sumber gambar
: Google
Mungkin kau lupa rasanya jatuh cinta,
Lupa rasanya menanggung rindu.
Mungkin kau lupa rasanya mencinta,
Lupa rasanya ketika cemburu.
Hingga,
Suatu sore kau berjalan pulang
Di tengah rintik air hujan
Kau melihat kakek tua penjual rujak
Buah-buahan masih memenuhi gerobaknya,
Kau melihat bapak penjual keset
Masih menggunung keset jualan yang dipikul di atas kepalanya,
Kau melihat bapak penjual ember dan sapu lidi
Terseok-seok di pinggir jalan membawa dagangannya
Dengan kaki yang pincang sebelah.
Lupa rasanya patah hati,
Hingga yang berhasil membuatmu menangis
Hanyalah hal-hal kecil yang kau lihat di jalanan.
“Mengapa begitu sakit
sekali melihat mereka?
Aku bahkan tak tahu
bolehkah bila kubandingkan dengan sakitnya seseorang yang patah hati?
Ah, bahkan tak mampu
aku membandingkan keduanya
Saat bahkan aku
sendiri sudah lupa rasanya patah hati karena mencintai.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar