01/04/20

#AprilProduktifDay1 : Sebelum Wabah Datang

Sebelum wabah yang sedang terkenal di dunia ini datang, aku sudah tahu jika 2020 akan penuh gejolak bak pendaki gunung yang sudah siap dengan segala kerikil, tanah yang licin atau cuaca yang tak mampu lagi diperkirakan,
Skripsi dengan segala prosesnya yang akan menguji kesabaran dan rasa malasku yang tiada terarah,
Membayangkan menjalani proses wisuda dengan perasaan bahagia yang semestinya,
Melakukan traveling keliling negeri sambil berbagi ilmu ke sekolah-sekolah di pelosok negeri yang ada,
Menerbitkan sebuah buku yang isinya sesuka hati namun tujuannya kutahu pasti untuk apa lagi selain agar kebaikan itu tak dibaca seorang diri, melainkan berjalan terus hingga sampai di mata dan hati manusia lainnya

Sebelum wabah yang membunuh banyak korban jiwa ini datang, aku sudah memperkirakan jika 2020 akan penuh aneka rasa bak jus yang dijual di warung-warung di sekitar jalan menuju kosku,
Merapikan sisa-sisa barang yang ada di kamar kosku yang telah kuhuni selama ratusan hari ini,
Mengemas barang-barang di kamarku seraya tertatih mengucap selamat tinggal,
Memilah-milih barang untuk dijual murah, disumbangkan kepada yang membutuhkan, atau dikasih-kasih secara cuma-cuma,
Mulai menerapkan pola hidup minimalis karena bukan dengan banyak barang hidupku menjadi lebih bahagia

Sebelum wabah yang menggemparkan seluruh kalangan manusia ini datang, aku sudah merasa jika 2020 akan aku lewati dengan air mata sebab akan menemui perpisahan,
Tahun terakhir di perantauan, berarti juga Ramadhan terakhir di perantauan, awalnya kupikir begitu,
Nikmatnya mencari takjil bersama, tarawih bersama, menginap dan sahur bersama, masing-masing terbayang di benak kami untuk menciptakan momen Ramadhan terakhir bersama yang hangat dan manis untuk dikenang,
Air mata perpisahan sudah menanti kami, usai lulus kuliah, kami akan kembali ke kampung halaman dan menjalani hidup masing-masing,
Bahkan bila merencanakan kapan bertemu kembali, menjadi pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab saat ini,
Kini, semua jawaban untuk segala tanya pun menjadi sama, “Nanti jika corona sudah pergi..”

Tahun ini rupanya sabar menjelmakan dirinya menjadi berkali-kali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya. Namun di sisi lain, ada renungan yang menepi, “Apa kita terlalu banyak melakukan selebrasi? Menyelenggarakan perayaan tanpa makna yang pasti? Lupa pada mereka yang bahkan tak tahu apa itu selebrasi? Apa corona datang untuk membangunkan kita dari dunia yang penuh foya-foya dan kelalaian ini? Aku tak tahu pasti..”

Bandung, 1 April 2020
Memulai April tanpa ekspektasi berlebih

10 komentar:

  1. Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa, dan selalu ada jalan bagi mereka yang terus berusaha. Meskipun kadang jalan itu, tak selamanya mulus. Kalau terlalu mulus, cek dulu, jangan-jangan abis operasi plastik tuh jalan. Haha (Mimpi di kota Metropolitan). Ba the best cara nulisnya

    BalasHapus
  2. #salamjagajarak turut berduka cita atas resminya tertunda harapan-harapan menuju sampai. semoga keadaan lekas pulih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. #salamjagajarak

      Terima kasih. Semoga lekas pulih dunia, aamiin.

      Hapus
  3. selamat berkemas dan merapikan banyak hal. insyaAllah 2020 ini akan terlalui dengan baik <3

    BalasHapus
  4. memang berharap adalah suatu hal yang masih hasilnya masih tak tentu, apakah akan tercapai atau malah kecewa. jadi mari bersiap untuk kemungkinan yang terjadi jika berharap sesuatu.

    BalasHapus
  5. nice mbak, semoga corona segera berlalu dan banyak hal baik yang segera memburu💓

    BalasHapus